Mohon tunggu...
Yayan Hidayat
Yayan Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menyederhanakan ilmu untuk semua. Karena belajar adalah perjalanan tanpa akhir.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tafsir Al-Qur'an sunda: warisan lokal yang memperkaya peradaban islam nusantara

20 Februari 2025   19:30 Diperbarui: 21 Februari 2025   00:27 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Al-Qur'an (Sumber: Dokumen pribadi)

Warisan tafsir Al-Qur'an dalam bahasa Sunda merupakan bagian penting dari sejarah dan perkembangan Islam di Nusantara. Di wilayah Sunda, kontribusi penafsiran Al-Qur'an telah membentuk ekspresi keislaman lokal yang kaya, melalui proses vernakularisasi bahasa Arab ke dalam bahasa Sunda. Setidaknya ada tiga ciri utama yang menunjukkan karakter lokal dalam tafsir Sunda, yaitu penggunaan hierarki bahasa (undak usuk basa), ungkapan tradisional, dan metafora alam Sunda

Penggunaan tingkatan bahasa dalam tafsir menunjukkan kekhasan budaya Sunda yang menghormati tata krama dalam percakapan, bahkan dalam penafsiran kitab suci. Misalnya, terjemahan ayat Al-Qur'an tentang dialog antara Nabi Musa dan Harun memperlihatkan penggunaan bahasa hormat meski dalam konteks kemarahan Musa.

Selain itu, ungkapan tradisional Sunda memperkaya penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an. Peribahasa dan babasan Sunda yang digunakan dalam tafsir memberikan nuansa lokal yang memudahkan masyarakat Sunda memahami makna Al-Qur'an dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, dalam penjelasan tentang penyakit hati, tafsir Sunda menggunakan ungkapan yang menggambarkan proses pertumbuhan penyakit hati layaknya tunas kecil yang lama-kelamaan tumbuh menjadi besar dan merusak.

Tafsir Sunda juga sering menggunakan metafora alam untuk menjelaskan konsep spiritual. Alam Priangan yang subur dan indah menjadi sumber inspirasi bagi penulis tafsir untuk menghubungkan ajaran Islam dengan kehidupan lokal. Misalnya, Haji Hasan Mustapa menggunakan metafora "susukan palid sorangan" untuk menggambarkan ketulusan beragama, yang harus muncul dari hati nurani, seperti aliran sungai yang mengalir alami.

Peran tafsir Al-Qur'an dalam bahasa Sunda tidak hanya sebagai media penyebaran ajaran Islam, tetapi juga sebagai bagian dari proses indigenisasi Islam di tanah Sunda. Tafsir ini mencerminkan dialog antara ajaran Al-Qur'an dengan budaya lokal, sehingga memperkaya peradaban Islam Nusantara.

Referensi: Jajang A. Rohmana. Warisan Islam Lokal untuk Peradaban Islam Nusantara: Kontribusi Penafsiran al-Qur’ān di Tatar Sunda. Refleksi, Volume 14, Nomor 1, April 2015, halaman 95-117. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun