"Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu"
Terdapat kemiripan bunyi pada “Tuhanku”, “termangu”, dan “namaMu”, yang membuat baitnya terdengar harmonis.
4. Irama
Irama berkaitan dengan tempo atau alunan suara yang dihasilkan dari pembacaan puisi. Hal ini dipengaruhi oleh panjang-pendeknya kata, pemenggalan kalimat, dan penggunaan tanda baca.
Misalnya dalam bait "Aku":
"Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang"
Irama di sini terkesan kuat, mantap, dan penuh semangat, memperlihatkan sikap pemberontakan dan keberanian sang penyair.
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas memperkaya puisi secara artistik. Ada banyak jenis gaya bahasa yang biasa digunakan, seperti:
- Metafora: membandingkan dua hal secara langsung.
Contoh: "Aku ini binatang jalang" (puisi "Aku")
- Personifikasi: memberikan sifat manusia pada benda mati.
Contoh: "Gerimis mempercepat kelam" (puisi "Senja di Pelabuhan Kecil")
- Hiperbola: ungkapan yang dilebih-lebihkan.
Contoh: "Aku mau hidup seribu tahun lagi" (puisi "Aku")
Semua gaya bahasa ini tidak hanya memperindah puisi, tapi juga membantu pembaca menangkap emosi dan pesan yang ingin disampaikan penyair.
Dengan memahami unsur-unsur penting dalam puisi seperti di atas, kita tidak hanya bisa menikmati keindahan karya sastra, tapi juga belajar menciptakan puisi yang kuat dan bermakna. Chairil Anwar adalah contoh nyata penyair yang mampu mengolah kata dan emosi menjadi karya yang tak lekang oleh zaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI