Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurangnya Pemahaman Orangtua tentang Kurikulum Merdeka

19 Desember 2022   08:16 Diperbarui: 19 Desember 2022   10:32 3833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kurikulum Merdeka (Sumber: Kompas.id/HERYUNANTO)

Yes, karena sangat tidak mungkin cuma mengandalkan guru dan siswa untuk menggelar pameran tersebut, terutama soal tenaga, waktu dan dana yang terbatas.

Lagipula sejak Kurikulum 2013, orangtua memang selalu dilibatkan sebagai pendamping dan sumber belajar. Wadahnya ada di paguyuban kelas dan komite sekolah. 

Jadi sudah tidak seperti zaman pra dan pascareformasi yang mana orangtua hanya memasrahkan pendidikan ke tangan guru.

Sementara itu, yang menerapkan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) di sekolah anak kami hanya kelas 1 dan 4 dengan penggunaan IKM Mandiri Berubah. 

Ilustrasi dari Lomba Internasional 
Ilustrasi dari Lomba Internasional 

Artinya sekolah memakai perangkat ajar yang disediakan di platform Merdeka Belajar Kemdikbud dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari.

Kemdikbudristek memberi tiga pilihan kepada sekolah untuk memilih Implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.

Dari 602 sekolah dasar yang ada di Kabupaten Magelang, sudah 538 sekolah yang menggunakan Kurikulum Merdeka. Sisanya masih menggunakan Kurikulum 2013.

Menurut Kasi Kurikulum SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang Wahyudi, seperti dilansir Beta News, sebanyak 28 SD memilih IKM Mandiri Belajar, 480 menggunakan IKM Mandiri Berubah, dan 33 sekolah memakai IKM Mandiri Berbagi.

Namun, jangankan soal IKM yang digunakan, hampir semua orangtua belum ngeh kalau pameran P5 di sekolah bertujuan memamerkan hasil pemahaman siswa selama belajar di kelas sekaligus menunjukkan karakter Pancasila yang mereka ejawantahkan dalam olah karya dan kreasi.

Jadi bukan seperti pameran di pekan raya, eksibisi, atau galeri yang berorientasi promosi, pemasaran, dan perolehan laba.

Karakter Pancasila dan Mispersepsi Pameran P5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun