Selain stok, Zulhas mendorong diversifikasi pangan. Pemerintah sadar bahwa ketergantungan pada beras terlalu tinggi.
Maka, lewat Perpres No. 81 Tahun 2024, jagung, kedelai, singkong, dan pangan lokal lain mulai diberdayakan. Program ini melibatkan lebih dari 1.500 desa pilot di seluruh Indonesia.
Petani dan masyarakat desa bukan sekadar eksekutor, tapi bagian dari strategi. Arahan presiden bertemu masukan lapangan, top-down bertemu bottom-up, sehingga kebijakan berjalan hidup dan efektif.
Distribusi pangan hingga daerah terpencil juga menjadi perhatian serius. Bekerja sama dengan TNI dan Polri melalui Astgas Pangan, Zulhas memastikan logistik aman, tepat waktu, dan merata.
Lebih dari 1.200 titik distribusi aktif di seluruh Indonesia pada 2025. Harga tetap stabil, stok aman, dan masyarakat tidak panik.
Ini implementasi nyata teori policy implementation, di mana kebijakan baru efektif jika semua aktor bergerak selaras dengan instrumen yang tepat.
Astgas Pangan menjadi mekanisme koordinatif, menjembatani arahan presiden dengan realitas di lapangan.
Koperasi Desa Merah Putih muncul sebagai strategi pemberdayaan ekonomi sekaligus penunjang ketahanan pangan.
Hingga Agustus 2025, lebih dari 10.000 koperasi telah beroperasi, dengan target spesifik di Jawa Tengah mencapai 8.000 unit.
Koperasi ini bukan sekadar saluran distribusi. Mereka menjadi pusat pelatihan, produksi lokal, dan penguatan ekonomi desa.
Petani bukan hanya produsen, tapi bagian dari jaringan ekonomi lokal yang mandiri. Pendekatan ini sesuai konsep community-based governance, rakyat terlibat langsung, bukan sekadar penerima kebijakan.