Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kebaikan Kecil di Gerbong KRL

3 September 2025   12:24 Diperbarui: 4 September 2025   00:53 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL)


Naik KRL di Jakarta dan sekitarnya itu selalu jadi pengalaman yang penuh warna. Ada orang yang terburu-buru sampai hampir melompat sebelum pintu tertutup, ada yang sibuk dengan gawainya sambil pura-pura tidak melihat ibu hamil di depan mata, dan ada juga momen tak terduga: kebaikan kecil dari orang asing.

Kompasianer mungkin pernah merasakannya. Misalnya, ketika hendak naik KRL di jam sibuk, tiba-tiba ada tangan asing yang sigap membantu menarik Anda masuk, menyelamatkan dari kemungkinan terjepit pintu otomatis. Atau saat gerbong tidak terlalu penuh, ada penumpang yang berdiri lalu dengan ringan hati memberikan kursinya: "Silakan, Bu," atau "Monggo, Pak." Sepele, tapi hati langsung hangat.

Nah, mari kita balik pertanyaan: apakah Kompasianer pernah melakukan hal serupa kepada penumpang lain? Menggeser sedikit agar orang lain muat duduk, membantu ibu-ibu mengangkat barang, atau dengan ikhlas berdiri untuk memberikan kursi? Kalau iya, bagaimana rasanya setelah itu?

Kebaikan Spontan, Bahagia Spontan

Ada satu hal menarik dari kebaikan spontan di transportasi umum: ia tak pernah direncanakan. Tidak ada yang bangun pagi sambil berkata, "Hari ini saya akan memberikan kursi di KRL kepada seorang bapak renta." Kebaikan itu muncul begitu saja, seperti refleks manusiawi. Dan setelah melakukannya, sering kali kita tersenyum kecil pada diri sendiri. Rasanya ringan, seolah beban seharian berkurang setengah.

Psikolog menyebut ini sebagai helper's high---perasaan senang yang muncul setelah menolong orang lain. Otak kita melepaskan endorfin, hormon bahagia, setiap kali berbuat baik. Tidak heran jika meskipun berdiri 45 menit dari Bogor ke Jakarta, hati tetap terasa penuh.

Transportasi Umum: Miniatur Etika Sosial

KRL itu unik. Ia bukan hanya sarana transportasi, tapi juga miniatur kehidupan sosial. Di dalam gerbong, kita belajar berbagi ruang, bersabar, dan menguji empati. Bayangkan saja, berdempetan dengan ratusan orang dalam kotak besi berjalan, itu situasi yang rawan gesekan. Satu sikap egois bisa memicu konflik, tapi satu kebaikan kecil bisa menular dan melumerkan ketegangan.

Ketika ada yang berdiri memberi kursi, sering kali penumpang lain ikut memperhatikan. Dan tanpa disadari, sikap itu bisa menular. Lain kali, mungkin mereka yang menjadi penolong. Begitulah etika sosial terbentuk: melalui teladan sederhana.

Memberi Kursi: Antara Kewajiban dan Kerelaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun