Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tangan Dingin Zulhas dan 80 Koperasi Desa Menuju 19 Juli

13 Juli 2025   17:36 Diperbarui: 14 Juli 2025   14:08 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menko Pangan Zulkifli Hasan  dalam peresmian Kopdes Merah Putih Bumisari, Natar, Lampung Selatan  (Sumber: Diskominfotik Lampung)

Saya pernah bertanya kepada seorang ibu di desa di Pandeglang. Namanya Bu Nani. Ia menjual beras ke warung dengan harga Rp 9.000 per kilo, lalu membelinya kembali dalam bentuk nasi uduk di sekolah anaknya dengan harga Rp 6.000 per bungkus (sekitar 150 gram nasi).

Ia tidak pernah melihat koperasi selama lima tahun terakhir. Yang ia lihat adalah kartu BPNT, dan sembako yang dikirim bulan sekali.

Tapi saat saya mengabari bahwa akan ada koperasi baru, dan dia bisa menyimpan gabah di sana sambil mendapat uang muka, matanya berbinar.

"Nanti uangnya langsung ke HP saya?" tanyanya.

Saya bilang, bukan HP ibu. Tapi ke rekening koperasi. Dan ibu anggota koperasi.

Ia tampak bingung. Tapi juga penuh harapan.

Itu yang tidak bisa ditulis dalam proposal proyek.

Bahwa koperasi bukan hanya soal logistik, tapi soal psikologi sosial. Soal percaya. Soal "kita".

Dalam teori sosiologi ekonomi, James Coleman menyebutnya sebagai "social embeddedness": koperasi hanya bisa berjalan jika relasi sosial dan kepercayaan antarpihak terbangun (Coleman, Foundations of Social Theory, 1990, hlm. 302).

Zulkifli Hasan dan timnya tampaknya mengerti itu. Maka selain membentuk koperasi, mereka juga menyiapkan pelatihan SDM lokal, pendampingan dari BPSDM Kemendesa, dan kurikulum keuangan dasar dari LPDB.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun