Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #10 ; Beri Aku Waktu

28 Maret 2015   23:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tolong beri aku waktu!"

"Tidak!" Alisa mencoba menyingkirkan tangan Ridwan, "tenangkan dirimu!" pinta Ridwan. "kamu harus meninggalkannya, Wan. Kamu harus!" seru Alisa. "Alisa, aku mohon!" Ridwan mencoba menenangkannya. Karena Alisa meronta maka ia kembali memeluknya, tapi Alisa mencoba mendorongnya, "Alisa....!"

"Kamu harus meninggalkannya atau aku akan membunuhnya!" desisnya. "Alisa, ku mohon tenanglah!" pintanya. Tapi Alisa malah terisak di bahunya, "aku tidak bisa hidup tanpamu....., aku sangat mencintaimu!"


"Aku tahu...., aku tahu!"


*****


Malam itu Ridwan menemani Alisa hingga larut malam, bahkan sempat ngobrol dengan Sinta meski hanya sebentar saat wanita itu sadar. Setelah Ridwan pamit, Alisa terus merenungi sikapnya belakangan ini. Terutama sikapnya terhadap Nadine. Ridwan benar, semua ini bukan salah Nadine. Mungkin juga bukan salah Ridwan, tapi kesalahannya sendiri. Jika dirinya tak terlalu bodoh saat itu, terkena bujuk rayu pria yang bernama Lucas yang mengenalkannya pada ekstasi saat dirinya depresi karena pertengkaran kedua orangtuanya yang tak pernah habis. Mungkin dirinya tak harus mendekam di panti rehab dan membuat Ridwan terenggut darinya.


Malam-malam seperti ini terkadang membuatnya merasa semakin sepi, seperti beberapa tahun terakhir. Memang, sekarang ia sudah bisa bertemu lagi dengan Ridwan. Tapi bukan dalam keadaan seperti ini yang di inginkannya, mungkin akan lebih mudah jika ia tak mengenal Nadine lebih dulu. Malam itu Alisa tak bisa memejamkan mata. Selain tidur di sofa cukup membuat badannya pegal, pikirannya terus melayang memikirkan banyak hal.

*****

Pagi itu Nadine pergi dengan sopirnya saja, ia masih diam di dalam mobil di halaman toko bakery Alisa. Ia bimbang antara harus masuk atau tidak, terlihat dari kaca Alisa sibuk membantu Fitri Dan Ita. Saat Alisa masuk ke pantri baru ia memberanikan turun dari mobil dan memasuki toko itu. Ia celingukan ketika memasuki pintu masuk. Lalu ia berpura-pura memilih beberapa roti dan cupcake, tapi matanya sesekali tertuju ke pantri.

Alisa membawa baki berisi beberapa cupcake keluar pantri, tapi matanya melihat Nadine sedang ada di dalam toko makanunya ia kembali mundur, bersembunyi di balik tembok di sisi pintu. Nadine menyerahkan beberapa cupcake ke kasir.

"Pagi mbak Nadine!" sapa Ita,
"Pagi Ta, oya....boleh aku tanya?"
"Iya mbak!" jawab Ita seraya memasukan belanjaan Nadine ke dalam kemasan cake. "bagaimana keadaan tante Sinta?"
"Ibu Sinta.....sepertinya....kondosinya semakin menurun mbak!"
"Apakah Alisa baik-baik saja dengan hal itu?" tanyanya hati-hati, Ita menatapnya. "maaf, seharusnya tak ku tanyakan itu. Tentu dia tidak baik-baik saja, iya kan!"
"Mbak Nadine kan sudah cukup dekat dengan Mbak Alisa. Apa sedang bermasalah?"
"Eh....., oh tidak. Hanya belakangan ku lihat Alisa banyak muruh, itu saja!" Nadine membayar cakenya dengan uang case, "terima kasih ya!" katanya lalu keluar dari sana. Alisa mengintip, menunggu mobil Nadine meninggalkan halaman tokonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun