Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] | No Other, The Story [40/55]

26 Maret 2020   13:26 Diperbarui: 26 Maret 2020   13:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Jangan pernah lagi menghindariku, karena kau membuat seluruh duniaku hancur. Aku hanya ingin hidup bersamamu sampai akhirnya nanti. Arasso?"

"Iya... oppa..."

Aku ikut tersenyum melihat senyum merekah di bibirnya. Aku memeluknya erat. Yifang nyengir puas di seberang sana. Tidak lama kemudian, rasanya apartemen sudah penuh sesak. Kangin hyung, Hangeng hyung dan Manshi sudah datang, Sungminnie dan Kibummie juga sudah kembali. Yifang dengan bersemangat meninju tangan Kangin hyung.

"Kalian berdua tunggu kami di bawah saja. Aku ingin memberikan mereka briefing dulu," pinta Leeteuk hyung.

Aku mengangguk dan menarik tangan Meifen, "yuk Meifen."

Meifen masih menoleh dengan penasaran, tapi Leeteuk hyung tidak berucap apapun, tampaknya sampai kami benar-benar sudah turun. Aku membawa Meifen masuk ke mobilku. Jantungku berdebar keras, tau bahwa misi kami tidak akan mudah, tapi aku tidak akan menyerah. Dan aku juga gugup karena aku sudah lama tidak bersama Meifen, aku merindukannya.

"Meifen... apa kau tidak merindukanku?"

Meifen mengangguk malu-malu. Aku memeluknya, lalu kembali mengelus rambut panjangnya. Halus, wangi... merasakan dia yang ada dipelukanku membuatku merasa nyaman, merasa bahagia, merasa tenang. Inilah yang seharusnya terjadi. Aku menyentuh wajahnya, lalu memandangi wajahnya yang cantik. Matanya yang sipit, pipinya yang halus, wajahnya yang tirus, bibirnya yang tipis itu melengkung membentuk senyuman... aku menciumnya. Aku merindukannya, sudah terlalu lama, dan melepaskan perasaanku pada ciuman itu. Meifen membalas ciumanku, tak berbeda dengan ciuman-ciuman kami sebelumnya, menunjukkan betapa dia sebenarnya mencintaiku. Ciuman inilah yang selalu kuinginkan. Lalu perlahan kuhentikan ciuman itu, lalu kembali memandangi wajahnya.

"Meifen, gomawo..." kataku lembut.

"Tidak... untuk apa berterimakasih, oppa?" ucapnya, tersenyum manis.

Dan perhatianku teralih karena ada yang mengetuk kaca jendela mobilku. Hangeng hyung. Aku lega juga dia mau ikut berpartisipasi di tengah kesibukannya. Itu menunjukkan betapa eratnya persahabatan kami. Aku membuka kaca jendela itu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun