Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | [27/55] No Other... The Story

12 Januari 2020   14:30 Diperbarui: 12 Januari 2020   14:31 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

MANSHI'S DIARY

CHAPTER 27

WHAT IF?

Tidak ada yang salah pada diriku, itu sudah jelas. Aku bahagia dengan keadaanku yang sekarang, itu juga sudah jelas. Aku Cuma kegemukan. Aku memandangi Yifang yang sedang latihan sparing dengan Kangin. Kenapa dia bisa kurus begitu? Apa dengan kerja di bar, dia bisa berdiet dengan baik? Dia juga belajar taekwondo dengan cepat...

                "Manshi, kenapa lesu begitu?" Tanya Kangin, duduk di sampingku.

                Yifang-pun duduk di sampingnya, wajahnya penuh keringat.

                "Ayo ikut sparing, Manshi, kita keroyok Kanginnie oppa. Kalau tidak aku tidak pernah bisa menang," ajak Yifang, "tapi yang enak tentu saja karena aku bisa berkeringat di musim dingin."

                "Kau cukup berbakat, Yifang, tapi kurang tenaga. Kalau Manshi bertenaga tapi kurang teknik. Kalau kalian bergabung pasti keren."

                "Aigo~ pujian dan celaan sekaligus."

                "Aku belum dapat cerita lengkap soal kalian. Coba ceritakan lagi kenapa kalian bisa ada disini? Setauku Yifang, Xili dan Meifen mau menemui KRYSD?"

                "Itu benar. Kalau Manshi ceritanya lain. Kami baru kenal dia disini malahan."

                "Oh ya? Bagaimana, Manshi?"

                "Dulu aku kenal dengan seorang cowok Korea yang menawariku ke Seoul, katanya kalau aku kesini dia akan membantuku cari kerja, soalnya aku tidak mau kuliah, oppa. Kami kenal lewat Twitter. Tapi begitu aku sampai di Seoul, dia tak bisa kuhubungi," jawabku, menceritakan cerita ini mungkin untuk yang kedelapan kalinya.

                "Waeyo? Memangnya kemana temanmu itu? Kurang ajar sekali menelantarkanmu. Tapi ada pepatah yang bilang jangan percaya pada teman cyber-mu, kan?"

                "Dia menghapus account Twitter-nya dan memberikan nomor hape yang ternyata tak bisa kuhubungi. Untunglah aku bisa bertahan hidup disini dan akhirnya bertemu dengan Yifang dan yang lainnya, hidupku berubah."

                "Aih~ pasti hanya cowok brengsek yang begitu."

                "Lha, bukannya hyung juga dulu pernah mengalami kejadian yang mirip?" Tanya Henry, tiba-tiba muncul dan membuat kami kaget.

                "Henry! Sejak kapan kau disini?"

                "Sudah 10 menit tampaknya. Kalian lagi asyik ngobrol sih. Sekali lagi aku mau bilang, bukannya hyung mengalami hal yang mirip? Maksudku, hyung pernah kecopetan ponselnya dan membuat kami kelimpungan karena tidak bisa menghubungi hyung."

                "Ah, aku ingat itu. Untung kalian masih bisa menemuiku di rumah."

                "Dan account Twitter! Hyung sih main hapus saja account Twitter yang lama, tiba-tiba follow dengan nama baru, aku mana tau kan... hyung malah marah tidak di follow back... padahal account strongraccoon itu banyak follower-nya, hyung bisa jadi ulzzang..."

                "Jangan mimpi kau, Henry, mana bisa aku jadi ulzzang kalau sainganku itu Heechul hyung atau Shindong."

                "Woa~ kalau jadi ulzzang sepertinya keren. Kasih tau aku dong gimana caranya biar bisa punya banyak follower... account-ku mah banyakan following daripada follower-nya," kata Yifang, nimbrung.

                Apa? Apa tadi katanya? Apa aku tidak salah dengar? Katanya tadi, strong... raccoon...?

                "Mwo? Apa nama account Twitter Kangin oppa yang lama?" tanyaku, perlu mengecek telingaku sendiri.

                "Strong raccoon. Itu sih gara-gara mereka suka memanggilku rakun, jadi aku buat nama account itu. Lumayan unik dan gampang diingat, kan?" jawab Kangin.

                "Ne. gampang diingat. Tidak akan pernah aku lupakan."

                "Hahaha... aku jadi tersanjung, Manshi. Memangnya apa nama account Twitter-mu? Ngomong-ngomong kita belum bertukar kontak."

                "Daysofpoet. Pernah lihat?"

                "Ah, rasanya tak asing. Namanya juga bagus! Itu..."

Tiba-tiba dia terdiam. Aku tidak mengeluarkan emosi apa-apa saat memandangi wajahnya, hanya saja otakku macet, badanku panas dan jantungku berdebar keras. Kalau ini tandanya seseorang akan meledak, aku yakin ketika aku menghitung mundur dari 10, aku pasti akan meledak...

                "Tak mungkin! Monica?"

                "Sekarang kau ingat padaku hah, dasar brengsek!"

Sial, reflex-nya cepat sekali! Sebelum aku bisa menangkapnya, dia sudah kabur! Aku harus mengejarnya! Aku harus menangkapnya dan menghajarnya sampai hancur berkeping-keping!

                "Eng... noona, mereka kenapa? Main kejar-kejaran?" Tanya Henry lugu.

                "Eng... aku tak tau juga, Henry. Tapi asyik juga lihat mereka... eng... pemanasan, mungkin?" usul Yifang, berusaha mencari kata-kata yang cocok.

Dan melihat putaran larinya si Kangin yang begitu-begitu saja, aku akhirnya berbalik arah lari dan menghadangnya. Aku memukulinya dengan membabi buta, tapi dia melindungi wajah dan badannya dengan tangan dan kakinya.

                "Monica! Mian... aku benar-benar tidak sengaja..." teriaknya ketakutan.

                "Apa kau tau aku nyaris jadi pengemis disini, hah? Kalau saja aku tidak bertemu Yifang, mungkin aku sudah ditarik balik ke Beijing!" jeritku marah, masih memukulinya.

                "Aku bisa jelaskan itu semua. Bukannya tadi kau dengar Henry bilang ponselku kecurian? Semuanya kenyataan! Aku juga sudah terlanjur menghapus account-ku yang lama, jadi aku tak bisa menghubungimu! Aku tak tau kau benar-benar sudah disini!"

                "Aku membencimu! AKU AKAN MEMBUNUHMU!"

                "Tapi... lihatlah apa berkahnya karena kau tetap disini, kau bisa bertemu Yifang dan berteman dengan kami! Bukan itu saja, tapi kau bisa menemukan pekerjaan yang bagus!"

                "Ah... aku ingat! Manshi, apa dia Strong Raccoon? Kanginnie oppa adalah orang yang membuatmu ke Seoul?" Tanya Yifang dari seberang ruangan.

                "Hah? Benarkah? Bagaimana mungkin semuanya begitu kebetulan?" Tanya Henry tak percaya.

                "Ne. aku akan membunuhnya sekarang!" balasku.

                "Tu... tunggu, Monica! Karena kau disini, kau bisa bertemu Shindong dan akrab dengannya! Bukannya itu bagus?" tawar Kangin.

Dan semangatku untuk memukulinya hilang begitu dia sebut nama yang terakhir. Shindong... dia sekarang jarang menghubungi atau bertemu denganku. Kalau menurut Aqian yang mengikuti kelas menarinya bersama Xili seminggu dua kali, Shindong sangat sibuk, muridnya bertambah. Tapi apa karena alasan itu... dia tak mau lagi berteman denganku? Aku berjalan lesu menuju luar gedung.

                "Eh? Manshi? Kau mau kemana?" bahkan suara Yifang yang bertanya hanya terdengar samar-samar.

                "Apa dia marah dengan Kangin hyung?" Tanya Henry.

                "Sudah, tak apa-apa, nanti aku akan menenangkannya. Aku pulang dulu, Henry, Kanginnie oppa. Hei, Manshi!!!"

Dan aku masih sama lesunya ketika sudah sampai di apartemen kami yang sepi, tanpa Aqian dan Xili. Aku hari ini off dari salon, menikmati hariku yang santai. Pikiranku masih berkelebat di seputar Kangin, kehidupanku disini dan Shindong... Bagaimana semuanya bisa begini kebetulan? Apakah itu tandanya kami semua berjodoh? Dan Shindong... apa harusnya aku yang menghubunginya? Jujur aku jadi kehilangan teman untuk jalan-jalan dan makan di luar...

                "Manshi, apa kau marah dengan Kanginnie oppa?"

                Aku memandangi Yifang yang duduk di sampingku di ranjang bertingkatku.

                "Tidak lagi. Aku Cuma merasa aneh. Semuanya rasanya seperti sudah diatur. Pertemuan kita, rencana kita," jawabku.

                "Memang ada yang bilang begitu, Manshi, kalau jalan kehidupan kita itu sudah diatur sama yang di atas. Kau tau, aku percaya pasti kita sedang dituntun ke jalan yang lebih cerah setelah ini. Jangan marah lagi padanya ya. Kalau dipikir-pikir, karena dialah kita semua bisa bersahabat. Setuju?"

Pendapat Yifang merasuk perlahan ke otakku. Benar juga. Kalau tanpa dia, mana mungkin aku bisa seperti sekarang.

                "Makan yuk. Kita mau pesan makanan apa dari restonya Geng oppa? Aku lagi malas keluar."

                "Kau tidak mengecek dapur? Biasanya kan Ryeowook oppa memasakkan sesuatu."

                Yifang terlihat ragu, ekspresinya berubah. Aku juga merasa aneh, sejak malam tahun baru, dia dan Ryeowook jadi jarang terlihat bersama. Yang ada hanyalah dia dan Yesung yang semakin dekat. Tapi sejauh dia bahagia, akupun tak ada masalah. Lagipula akupun punya banyak masalah. Yifang beranjak keluar dan tak lama kemudian memanggilku.

                "Manshi, ayo makan. Disini ada empat lauk lho," ajak Yifang dari dapur.

Aku beranjak menemuinya, melihat meja kecil kami penuh, lalu melihat Yifang yang menyelipkan selembar kertas ke dalam saku celana jeans pendeknya. Makanannya kelihatan enak dan aku lapar, tapi aku... tak bisa makan, kan?

                "Aku tidak makan. Kau saja yang makan."

                "Waeyo? Makanannya enak sekali lho, namanya juga masakan Wookie. Tidak menyesal?"

                "Lagi tidak selera."

Yifang memandangi aku yang berbalik pergi. Aku ingin berdiet, aku ingin jadi cantik. Kalau dengan badan begini, bagaimana aku bisa memakai bikini pada musim panas nanti? Aku tidak akan pernah bisa memakai pakaian begitu. Wajah Yifang muncul di ambang pintu kamarku, kira-kira 15 menit kemudian.

                "Aku sisakan bagianmu kalau kau sudah berselera lagi, Manshi."

Lalu kudengar pintu kamarnya dibuka dan menutup, dia pasti akan lama di dalam kamarnya, tidak keluar sampai dia mau ke bar nanti malam. Aku bukan hanya tidak berselera makan, tidur, atau melakukan hal apapun. Akhirnya aku pikir lebih baik aku menonton tivi. Aku duduk di sofa dan membuka saluran yang menampilkan acara opera humor, tapi aku juga tak berselera nonton.

                "Aigo~ Manshi, kau bisa bantu aku ke atas cari siapa saja di antara oppadeul? Sepertinya bola lampu di kamarku perlu diganti, soalnya tiba-tiba mati nih," pinta Yifang, berteriak dari dalam kamar.

                "Ne."

Daripada tak ada sesuatu yang bisa kukerjakan, jalan ke atas sebentar juga lumayan. Aku keluar dan naik lift menuju lantai tujuh. Aku baru akan menekan bel apartemen nomor 707 ketika aku sadar pintunya terbuka sedikit. Aku mendorongnya, tapi langsung menyembunyikan badanku, karena aku melihat pemandangan yang tidak enak dipandang. Di sofa, duduklah Leeteuk, sedang memeluk seorang cewek yang hanya bisa kulihat punggungnya, tapi aku berani bertaruh dari model rambutnya bahwa itu Suxuan. Apa yang mereka lakukan? Tiba-tiba kok aku jadi semangat ya?

                "Suxuan... omona... mianhae... yang mana yang sakit? Beritau aku... jangan takuti aku..." suara Leeteuk kedengaran ketakutan.

                "O... oppa... aku tidak apa-apa kok. Aku tadi... kurasa aku pingsan karena aku melihat darah, jadi bukannya sakit," ucap Suxuan.

                "Aku... aku takut kau kemarin ketularan virus tak jelas di rumah sakit yang membuatmu pingsan tiba-tiba, aku juga takut memberimu obat yang salah, apalagi tadi kau pingsan lagi."

                "Oppa, gwaenchana... aku Cuma melihat darah dan pingsan. Kemarin sih karena melihat langsung, tapi kali ini melihat itu yang di tivi. Kalau darahnya sedikit saja di tivi, mungkin aku tak akan takut, tapi yang ini seram sekali."

                "Jangan... pernah... menakutiku lagi ya..."

                "Aku tak akan, oppa. Cuma... apakah aku bisa jadi artis kalau aku takut darah? Aku jadi khawatir pada masa depanku..."

Aku tersenyum. Leeteuk, ternyata dia lembut sekali orangnya. Aku kira dia dan Suxuan masih akan ribut, sama-sama tidak dewasa, tapi aku salah. Melihat hubungan mereka yang sekarang, aku yakin mereka cepat atau lambat, atau sudah, akan terjadi hal yang lain.

                "Jangan takut, Suxuan. Aku dulu juga takut darah, kau tau? Tapi kami yang masuk jurusan kedokteran diajarkan trik-trik khusus untuk mengatasi ketakutan itu. Aku akan mengajarimu," jelas Leeteuk.

                "Benar, oppa?"

Leeteuk mengangguk dan tersenyum manis, kedua lesung pipinya terlihat jelas. Aku malah ikut tersenyum. Aigo, aku tak tega mengganggu suasana romantic seperti itu. Akhirnya aku pulang dengan tangan kosong dan Yifang malah semakin kebingungan. Tapi ketika aku cerita padanya tentang apa yang kulihat di atas, dia bersorak senang sekali.

                "Tak kusangka, ada yang terlibat cinta kilat, hahaha... aku senang sekali," ujar Yifang sambil tertawa terbahak, berlebihan.

                "Tapi itu kan baru dugaan kita, belum ada yang lain sih, lagian Cuma peluk, belum tentu ada maksud lain, kan?" dugaku.

                "Tapi tentu saja itu menunjukkan ada sedikit yang... ehm... tak biasa. Coba bayangkan misalnya Yesungie oppa memelukku atau Ndong oppa memelukmu..."

Tapi kemudian suaranya menghilang, dia terlihat menerawang. Pikiranku juga kembali tidak disini. Aku berpikir... mungkin aku merindukannya? Merindukan Shindong? Yifang kini sibuk dengan ponselnya, dan setelah itu kembali termenung. Tak lama kemudian lagu Chui Yiyang de Feng-nya KRYSD berbunyi dari ponselnya, dan dia menekan ponselnya, sepertinya itu pesan WA.

                "Ah, syukurlah, Kibummie sudah mau sampai apartemen. Aku bisa minta tolong dia gantikan bola lampunya. Manshi, nanti tolong bukakan pintunya ya, aku mau lanjut di depan laptop dulu."

Yifang kembali menghilang ke dalam kamarnya. Apa aku... minta Yifang bantu menghubungi Shindong dan bertanya dia sibuk apa belakangan ini... soalnya Yifang kelihatannya gampang berhubungan dengan mereka. Tapi... kalau Yifang banyak Tanya, tapi bukannya lebih baik aku curhat tentang perasaanku sekarang... bel pintu yang berbunyi mengagetkanku. Aku beranjak menuju pintu dan melihat Kibum tersenyum, masih berpakaian tebal karena cuaca yang masih juga belum hangat.

                "Hai, Manshi. Dimana Yifang?" Tanya Kibum.

                "Dia ada di kamar. Langsung masuk saja, oppa," jawabku.

Kibum melepas sepatunya lalu masuk ke kamarnya Yifang yang pintunya tidak ditutup. Aku mendengar mereka ngobrol lalu ada suara kursi digeser. Sekarang bola lampu sudah diganti, kupikir.

                "Aigo~ kok ada yang begini?"

                "Mwo?" Tanya Kibum.

                "Yang ini, comment di bawah video-nya... omona!! Yang jelas Manshi tidak boleh melihat ini. Kita tak boleh kasih tau dia."

                "Suaramu pelankan sedikit dong, pintunya kan terbuka. Mana sini aku lihat..."

                "Coba nanti Tanya Siwonnie oppa, ada mention apa ke dia yang ada hubungannya sama video ini..."

Aku mendengar kasak-kusuk itu, dan apa yang tidak boleh aku ketahui sih? Aku berjalan dengan agak marah ke dalam kamar Yifang. Aku melihatnya dan Kibum sedang memelototi laptop Yifang dengan serius, dan kaget ketika menyadari aku masuk.

                "Eh, Manshi..."

                "Yifang, apa itu? Apa yang tidak boleh kulihat? Mana sini!" sergahku, agak kasar.

                "Ani~" protes Kibum.

Tapi aku sudah mendorong Kibum minggir dan mengambil alih laptop Yifang. Yifang sedang membuka Twitter dan tengah menonton video yang diposting Siwon. Itu video dimana Shindong berusaha menangkap kami, dan berakhir setelah sapu tangan di matanya dilepas kembali. Tapi fokusku kini beralih ke comment-nya, karena aku merasa tak ada yang tak beres pada videonya. Dan comment-nya... rata-rata... mereka bilang aku terlalu gemuk... mereka bilang bagaimana mungkin cewek sepertiku bisa bersama-sama dengan KRYSD dan teman-temannya... mereka bilang aku sama sekali tak cocok berteman dengan mereka, lalu mereka harap Siwon menghindariku... bagaimana mungkin?

                "Manshi! Jangan baca!"

Kibum menutup layar laptop Yifang, dan aku mematung disitu.

                "Aku... aku memang gemuk... aku tidak pantas berteman dengan kalian yang artis... kalian harusnya menghindariku..."

                "Andwae! Jangan bilang begitu, Manshi!" protes Yifang.

                "Tapi aku memang tidak cantik! Untuk apa karir dan study-ku, mau sebaik apapun, aku tidak cantik!"

              "Siapa yang bilang kau tidak cantik? Manshi, kau cantik, berbakat, menyenangkan, aku menyukaimu, yang lain juga!" seru Kibum panic.

Tapi aku sudah berlari meninggalkan mereka, masuk ke dalam kamarku. Air mata dan kegelisahan yang terus menghantuiku semenjak beberapa waktu ini akhirnya tumpah. Aku mendengar Kibum dan Yifang menggedor pintu kamarku, tapi aku tidak membukakan pintu. Tak lama kemudian suasana lebih tenang, dan karena kelelahan, aku tertidur. Meski aku tidur, aku merasa air mata tetap menetes dengan derasnya. Kenapa juga... kenapa aku sejak dulu tidak bisa mengendalikan nafsu makanku? Meski aku bukan gadis dengan berat badan 100 kg, tapi tetap saja, aku merasa aku gemuk. Dan aku bermimpi... aku bermimpi banyak orang menertawaiku... aku melihat Shindong, berlari ke sisinya, tapi dia menghindariku. Aku ingat jelas kata-katanya: dia bilang meski dia gemuk, dia tidak menginginkan gadis yang gemuk untuk jadi pacarnya. Dia lebih memilih Aqian...

                "Manshi! Berhenti mengurung diri di kamar begitu! Kalau kau masih tidak mau buka pintu, kami akan minta kunci pada si ahjussi!" terdengar suara Aqian dan ketukan pintu yang seru.

Aku membuka mataku, tapi enggan bergerak. Selain suara Aqian, ada juga suara kasak-kusuk Yifang dan Xili. Aku melihat... sekarang sudah jam tujuh malam.

                "Kami hitung sampai tiga, kalau kau tidak buka pintu, kau..."

Tapi belum Aqian menyelesaikan kata-katanya, aku sudah membuka pintu untuknya. Aku melihat ketiga sahabat seapartemenku itu berkerumun di depan pintu kamarku. Aku kembali duduk di ranjang, lalu mereka masuk mengikutiku. Xili dan Yifang duduk di kanan-kiriku, tapi Aqian menarik kursi duduk di hadapanku.

                "Kau jangan pikirkan apa ucapan mereka. Terserahlah mereka mau kasih comment seperti apa, tapi kami tetap menyukaimu kok."

                "Tapi aku sudah memutuskan sesuatu," kataku.

                "MWORAGO?" Tanya ketiganya kompak.

                "Aku akan berdiet. Aku ingin sekurus Yifang."

                "Jangan bercanda. Aku turun delapan kilo ini bukan karena aku berdiet. Tapi kata Yesungie oppa aku kekurangan asupan gizi dan kelelahan," protes Yifang.

                "Tapi aku tetap mau berdiet. Pokoknya aku mau pakai bikini pada musim panas ini."

                Ketiganya saling lempar pandangan, dan aku melihat senyum di sudut mata mereka. Teman macam apa mereka, malah menertawakanku?

                "Kalian jahat sekali!!!"

                "Aigo~ aigo Manshi, jangan menangis. Kami hanya... kaget dengan keputusanmu yang tiba-tiba ini," ucap Xili ketakutan.

                Tak terasa air mataku kembali menetes. Memalukan sekali, hanya karena masalah gampang seperti ini aku bisa menangis?

                "Manshi..." bujuk Aqian, meyodorkan sekotak tissue padaku.

                "Aku... aku ingin terlihat cantik. Lihat kalian bertiga yang langsing, apalagi Yifang yang dulunya gemuk juga bisa turun sebanyak itu berat badannya," isakku, mengambil selembar tissue.

                "Oke kalau kau mau diet, tapi caranya bukan tidak makan begitu. Kau bisa membunuh dirimu sendiri."

                Aku mengelap air mataku, merasa iri sekali pada mereka bertiga.

                "Begini saja. Besok kita carikan tips diet yang aman untukmu, oke? Tapi janji jangan tidak makan. Pasti ada tips diet yang dengan tetap makan."

                Aku membuang tissue ke lantai dan mengambil lembaran tissue keduaku.

                "Kalian... pernah merasa malu tidak sih kalau jalan denganku yang gemuk begini?"

                "Mana mungkin!!! Kami menyukaimu, kok!" jawab Yifang spontan.

                Dan aku mengambil tissue lagi.

                "Bagaimana dengan oppadeul? Apa mereka malu?"

                "Aku jamin tidak. Tadi kan Yifang jie cerita apa yang dikatakan Kibum oppa ketika melihat kau yang menangis. Dia bilang dia masih menyukaimu," jawab Xili, "aigo, Manshi... kamarmu sudah berantakan jangan dibuat berantakan lagi dong. Nanti siapa juga coba yang beresin..."

                Xili mengambil tissue yang asal kubuang, dan masih saja menangkapi tissue yang kulempar.

                "Tapi janji... kalian harus mencarikan aku tips diet ya."

                "Kami janji. Jadi kau jangan menangis lagi. Melihatmu begini, kami jadi sakit hati dan khawatir, tau," ujar Aqian setengah marah.

                "Ne. soalnya Manshi yang kita kenal selalu ceria dan berpikiran positif. Hwaiting!" seru Yifang, mengepalkan tangannya.

                Aku tersenyum tipis.

                "Sekarang kau bereskan gih tampangmu yang begitu. Mengerikan sekali dilihat," kata Xili mencela.

                Aku menerima cermin kecil di mejaku dari tangan Xili dan dia benar: tampangku berantakan karena eyeliner-ku semuanya meleleh.

                "Baiklah, aku mau bersih-bersih dulu," putusku.

                "Nah, begitu dong... baru Manshi. Okelah aku mau nonton tivi dulu. Xili, drama itu sudah mau dimulai lho," Aqian mengingatkan.

                "Benarkah? Ayo cepat! Manshi, kau juga jangan ketinggalan ya!" ucap Xili sambil menjejalkan semua tissue ke tong sampah.

                Dia dan Aqian bergegas keluar. Yifang berdiri pelan-pelan dan merenggangkan otot-ototnya.

                "Aigo~ aku harus ke bar. Oke, Manshi, aku keluar dulu," pamitnya.

Aku melambaikan tangan padanya. Tiba-tiba aku ingat apa yang kumimpikan tadi. Aku berdiri dan mengejar sosoknya yang sudah berjalan ke ambang pintu kamarnya.

                "Yifang," panggilku.

                "Mwo?"

                "Apa menurutmu... mimpi bisa jadi kenyataan?"

                "Mimpi ya? Ada kalanya sih... tapi tergantung juga kita mimpi apa. Misalnya kita dapat uang 1 juta Won Cuma-Cuma dalam mimpi, kayaknya tidak mungkin, kan? Hahaha... memangnya kau mimpi apa?"

Aku sedang berpikir, mempertimbangkan apakah harus menceritakannya. Tapi... kalau begitu, mimpiku bisa saja... masuk akal dan mungkin... itu alasan kenapa Shindong tak lagi menghubungiku, kan? Semuanya karena satu hal...

                "Manshi, aku harus pergi sekarang. Ingat, kalau ada apa-apa, kau bisa cerita padaku, oke?"

Dan Yifang masuk ke kamarnya dengan terburu-buru.

What if
What if you are going to love me if we wait a little bit

And seems like you're gonna come to me with these anticipations, I can't leave you

Though I know very well that as the time piled up it will become pain
Oh girl

Aku... merasa kesepian. Shindong, apakah artinya ketika aku memikirkanmu begini, perasaanku... dan apakah perasaanmu terhadapku...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun