Para tetangga sudah terlalu sering melihat kami bersama, mereka tentu tahu ada yang istimewa. Banyak kisah beredar, banyak teori di sana-sini. Aku pilih takpeduli. Tapi Vina, sebagaimana perempuan, ia begitu perasa.
Karena takut aku didamprat orang tuanya, Vina minta turun di rumahku saja, biar ia berjalan kaki ke rumahnya. Tapi begitu motorku sampai---bahkan mesinnya belum lagi dimatikan---Ibu sudah berdiri di depan pagar.
Vina menyalami Ibu, lalu pamit pulang. Sebelum melepas tangannya, Ibu berbisik pada Vina.
"Kalau mau jadi mantu Ibu, kamu harus dapat alasan kenapa kamu dijauhkan dari Fahri. Kalau orang tuamu gak mau kasih tahu, orang tua Fahri yang akan memberi tahu. Bilang begitu ya ke mereka."
Aku tertegun. Pun demikian dengan Vina. Tapi ia pilih segera pulang.
"Apa alasannya Bu? Kok dari dulu tidak bilang?" tanyaku penasaran.
"Nanti kamu malu mendengarnya."
"Bilang saja, Bu," desakku.
Ibu melongok ke dalam rumah. Sepertinya memastikan Ayah tidak ada.
"Dulu ... ayahmu punya kelainan. Suka mengoleksi celana dalam tetangga."
"Hah?" Cerita macam apa ini? Aku syok.