"Wan!" suara itu lagi. Kau mengenalnya.
Teman-temanmu saling pandang. Salah satu dari mereka kemudian melongok keluar. "Tidak ada siapa-siapa," katanya.
"Mungkin angin,' jawabmu menenangkan.
Belum jauh temanmu yang barusan berada di pintu, berjalan masuk, suara panggilan itu datang lagi.
Tiga orang yang tersisa lalu menyusul ke arah pintu. Lantas keempatnya berpencar tanpa dikomando. Untuk mengimbangi, kau pun ikut keluar. Berpura-pura mencari asal suara. Seekor kambing jantan duduk melipat kaki di bawah pohon melinjo.
Setelah puas berkeliling, dan yakin tidak ada seorang pun di sana, teman-temanmu memutuskan pulang. Meski mereka menutupi, kau tahu mereka tetaplah manusia biasa. Punya rasa takut.
"Lim," panggilmu pada salah satu dari mereka, sebelum benar-benar berlalu. "Tolong bawa sekalian kambing Pak Ali itu, malam-malam di sini, nanti hilang."
Yang dipanggil menolak. "Biar saja, toh semua orang tahu kalau kambing itu memang setiap hari main kemari. Tidak akan ada yang menuduhmu mencuri kalaupun dia hilang."
"Tapi nanti kurban masjid jadi berkurang," bujukmu.
"Bodo amat. Aku tak suka daging kambing."
Mereka berempat berpisah arah, tak ada yang mau membawa Nur serta.