“ Kenapa dengan mama Pa?” tangisku memenuhi ruang Kpk.
“ Maafkan Papa Ren” isak Papa.
“ Ma, mama kenapa ma?” ku guncang-guncang tubuh Mama.
Mama tampak linglung. Tatapanya kosong. Oh tidak, Mama mengalami depresi hebat. Entah kabar apa yang diterima Mama hingga jiwanya begitu terguncang. Dia gila!
“ Dila? Hah, itu Dila?”
Aku melihat Dila. Terkejut, mengapa Dila bisa ada di gedung KPK? Pikiranku pecah antara Mama dan Dila. Akhirnya Tante Sisil , adik Mama datang menemui ku. Mama langsung dibawanya tanpa aba-aba. Papa hanya terdiam lesu melihat istrinya seperti itu.
Pikiranku kembali pada Dila, apa Dila bernasib sama denganku? Jantungku berdegup kencang, saat Dila ikut masuk ruangan ini. Diam. Mataku terus berkedip melihat Dila tertunduk ditemani ayah ibunya. Raut wajah Dila tak kalah terkejut saat melihatku diruang yang sama. Dia bergidik. Aku dan ayah ibu Dila diminta keluar oleh petugas. Pertanyaan hebat berkecamuk dibenakku, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ada Dila?
“ Maaf buk, kenapa Dila ada disini ya? Saya teman sekolahnya”
“ Ah, kamu anak pak Fatahulun? ” tanyanya kaget.
“ Iya Buk ”
“ Oh Gusti” teriaknya malah semaikin menjadi-jadi.