Mohon tunggu...
Willy Purna Samadhi
Willy Purna Samadhi Mohon Tunggu... Peneliti -

Sempat bekerja di Litbang HU Republika (1998-2004), ia kemudian menjadi peneliti di Demos, sebuah lembaga kajian demokrasi dan HAM hingga 2009. Setelah lulus S1 dari Jurusan Ilmu Politik FISIP UI, ia memperoleh gelar S2 dari Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM Yogyakarta. Saat ini ia terlibat sebagai peneliti pada proyek riset Power, Welfare and Democracy, kerja sama antara UGM (Indonesia) dan Universitas Oslo (Norwegia).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perkembangan HAM di Indonesia Pasca-Ordebaru

1 April 2015   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hak untuk memperoleh pekerjaan, jaminan sosial dan kebutuhan dasar

45

8

Hak untuk memperoleh pendidikan dasar, termasuk pendidikan tentang hak-hak dan kewajiban warga negara

47

Sumber: “Appendix: Data Supplement” dalam Priyono et.al. (2007); data diolah.


3. Situasi HAM 2003-2007


Sebagian besar periode penilaian ini termasuk masa pemerintahan SBY-JK yang dimulai pada 2004. Periode pemerintahan ini ditandai oleh pendekatan yang menekankan perbaikan kinerja pemerintahan, seperti good governance, akuntabilitas pemerintahan, dan semangat antikorupsi.

Periode ini ditandai juga oleh menguatnya wacana tentang efisiensi demokrasi, misalnya tentang kebutuhan atas sistem kepartaian yang lebih sederhana. Gagasan efisiensi terjadi karena secara makro demokrasi telah kian berkembang semata-mata menjadi sebuah wahana kontestasi elektoral yang panas. Di dalamnya para elit bertarung satu sama lain memperebutkan kekuasaan dan menarik keuntungan. Dalam situasi seperti itu, demokrasi dianggap sebagai biang keladi munculnya konflik dan politik-biaya-tinggi melalui praktik-praktik politik uang.

Kedua karakter itu pada gilirannya melahirkan kecenderungan gaya politik baru, yaitu politik pencitraan dan politik yang mengutamakan keteraturan (politics of order). Politik pencitraan dibutuhkan bukan saja untuk ‘memoles’ secara cepat wajah good governance, tetapi juga menjadi alat baru bagi kalangan politisi dan aparat pemerintahan untuk merebut dukungan. Di dalam proses kontestasi para elit yang sama kuat sumber ekonominya, uang tidak lagi dianggap cukup. Citra populis mulai berkembang menjadi alternatif baru.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun