Omjay: "Nah, hidup itu harus seperti bunga. Cantik dilihat, wangi dirasakan, dan bermanfaat untuk orang lain."
Tanaya hanya mengangguk kecil, belum sepenuhnya mengerti. Tapi Omjay tahu, kelak kata-kata itu akan menemukan maknanya sendiri di hati cucunya.
Momen yang Tak Terulang
Di malam hari, ketika Tanaya terlelap di pelukan ibunya, Omjay duduk di meja kerja sambil menatap foto cucunya di layar ponsel. Tangannya terhenti di atas keyboard, matanya menerawang.
Dalam hati ia berdoa lirih,
"Ya Allah, izinkan aku selalu melihat senyum anak ini. Jadikan aku saksi tumbuhnya menjadi anak yang sholehah, sehat, dan penuh kasih sayang."
Omjay tahu, waktu berjalan cepat. Suatu hari nanti, Tanaya akan tumbuh remaja, lalu dewasa. Tapi kenangan akan tawa, pelukan, dan obrolan kecil mereka akan selalu tersimpan abadi.
Cucu Pertama: Hadiah Terindah dari Allah
Bagi Omjay, menjadi kakek bukan hanya tentang memanjakan, tetapi juga mewariskan nilai dan cinta. Dalam setiap tatapan Tanaya, ia melihat masa depan. Dalam setiap pelukan, ia merasakan keabadian.
Karena di mata Omjay, cucu bukan sekadar darah daging. Cucu adalah doa yang hidup, jawaban dari harapan, dan alasan untuk terus berjuang menjadi manusia yang lebih baik.
Salam Blogger Persahabatan