Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Penggerak Itu Suka Membaca dan Menulis

23 Februari 2023   11:25 Diperbarui: 23 Februari 2023   11:41 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri

Diskusi di WA Group pagi ini di PGRI sangat menarik hati. Omjay dkk merasa  kondisi pendidikan kita tidak dalam kondisi yang benar-benar sehat. Seorang kawan di PGRI menuliskan komentarnya.

Kebijakan pendidikan apa gak seharusnya  benar-benar akademik dan mengurangi  aroma kekuasaan, sehingga pemerintah dalam membuat regulasi tidak saling mengiris  bahkan mengunci antara fakta dan harapan.

Sebagai contoh permendikbud nomor 40 tahun 2021. Dalam permen ini ada fakta dan harapan yang saling mengiris, satu sisi menjadi Kepala Sekolah bagi seorang guru adalah sebuah prestasi, sementara syarat menjadi kepala sekolah akan lebih mudah jika guru tersebut menyandang predikat "Guru penggerak". Permendikbud nomor 6 tahun 2018 yang memproduksi Kepala Sekolah lewat LPPKS otomatis terkunci dengan regulasi ini.

Kalau sudah menentukan menu, maka pilih bahan bakunya dengan benar agar rasanya tidak berubah dari menu yang kita tetapkan. Pogram Guru Penggerak (PGP) arahnya ke profesionalitas guru, KS melaksanakan  manajerial, guru hebat tidak menjamin menjadi KS hebat;

Tulisan yang sangat ilmiah, kritis, dan analitik. Mungkin harapan menjadikan guru penggerak seperti teori-teori yang disampaikan akan terkendala karena guru penggerak dijanjikan iming-iming menjadi Kepala sekolah, pengawas sekolah, dan Kadisdik. 

Motivasi intrinsik yang telah dibangun dengan susah payah saat pelatihan 9 bulan akan beralih ke reward atau motivasi ekstrinsik. Bukankah  sebaiknya mereka menunjukkan dulu kinerja sebagai alumni PGP? 

Jika mereka beralih menjadi kepala sekolah, maka secara regulasi mereka bukan pendidik lagi,  tetapi tenaga kependidikan. Harusnya, reward diberikan setelah kurun waktu tertentu dengan menunjukkan prestasi kerja. 

LPPk2SPS jangan dulu dihapuskan karena lembaga ini khusus untuk melatih guru menjadi Kepala sekolah atau pengawas. Alumni lembaga ini adalah Kasek dan PS. Hal ini sudah sangat jelas. 

Kalau PGP, produknya Guru Penggerak. Ya, jadi guru dulu. Tunjukkan dulu hasil pelatihannya. Untuk menjadi Kasek Penggerak, cukup bemahi LPPK2SPS dengan program penggerak juga. Namun sekarang rata-rata CGP yang telah menjadi GP diangkat menjadi Kepala sekolah. Padahal programnya menelurkan guru bukan Kepala sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun