Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berjalan Tanpa Beban, Memberi Tanpa Pamrih

10 Juli 2025   16:54 Diperbarui: 10 Juli 2025   16:54 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tangkapan Layar Youtube Misa Livestreaming 6/7/2025 (Sumber: Youtube)

Bacaan Injil Misa Minggu tanggal 6 Juli 2025 diambil dari Injil Lukas 10:1-9 (Singkat). Sebenarnya ayat yang saya suka dari perikop Bacaan Injil ini ada justru di ayat 10 dan 11 yang bunyinya 'Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat.'

Dulu sewaktu saya masih muda, saya sangat berapi-api melontarkan gagasan saya. Saya berusaha agar gagasan saya diterima oleh orang lain, dan/atau diadopsi oleh lembaga tempat saya bekerja. Ketika gagasan saya tidak diterima, saya kecewa dan saya berusaha untuk membuktikan bahwa gagasan sayalah yang paling benar. Bila perlu dengan cara mencari kelemahan gagasan orang lain.

Namun, beberapa tahun sebelum pensiun, saya bertemu dengan kedua ayat yang saya tuliskan di alinea pertama. Ayat ini membuat saya merenung. Sebenarnya apa yang membuat saya begitu berambisi agar gagasan saya diterima oleh orang lain?

Pamrih dan Beban

Berbeda dengan tema Misa yang dimulai dengan beban lalu diikuti oleh pamrih: 'Berjalan tanpa beban, memberi tanpa pamrih'. Renungan saya tentang alasan mengapa saya begitu berambisi agar gagasan saya diterima orang lain, dan saya kecewa saat gagasan saya ditolak, justru menyadarkan saya bahwa saat saya mengemukakan gagasan saya, saya punya pamrih yang besar. Saya melontarkan gagasan saya bukan murni untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Pamrih saya macam-macam, mulai dari agar orang melihat saya hebat dan pintar, bahwa gagasan saya adalah jalan keluar terbaik dari masalah yang dihadapi, ambisi untuk menjadi orang terkenal, bisa naik jabatan, dan sejenisnya. Karena pamrih saya itulah, saya terbebani untuk membuat gagasan sayalah yang diterima karena paling benar, dan gagasan orang lain jelek dan patut ditolak.

Saya tidak mampu melihat kehebatan gagasan orang lain, karena pamrih tadi. Yang saya lakukan justru menguliti kekurangan gagasan orang lain dengan berbagai cara. Saya juga melupakan kenyataan bahwa dalam hidup tidak ada satu jawaban yang pasti benar. Dan, jawaban atas masalah yang sedang dihadapi bisa saja diselesaikan oleh orang lain dengan gagasannya. Pamrih membuat saya terbebani ingin gagasan saya diterima.

Injil Lukas 10:10-11 menyadarkan saya bahwa jika gagasan saya tidak diterima, kewajiban saya selesai cukup dengan menunjukkan bahwa ada masalah dan ada alternatif solusi yang saya tawarkan. Hanya saja, jika gagasan saya tidak diterima, saya pun tidak perlu 'mengebaskan debu yang melekat di kaki saya di depan mereka'. Tetapi justru saya harus mencari sisi baik dari gagasan orang lain dan belajar daripadanya, dan mendukungnya agar berhasil direalisir.

Homili Romo

Misa tanggal 6 Juli 2025 di Gereja Katedral Semarang dipimpin oleh Romo dari Paroki Santa Maria Tak Bernoda (SMTB) Rangkasbitung. Romo Antonius Garbito Pamboaji sedang mendampingi umatnya yang sedang berziarah ke tempat-tempat suci dalam rangka Tahun Yubileum 2025.

Salah satu tempat ziarah yang ditunjuk di Keuskupan Agung Semarang yaitu Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Semarang. Tujuan ziarah adalah untuk memperbarui kehidupan rohani melalui doa, pertobatan dan tindakan kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun