Homili Romo Garbito, Vikaris Paroki SMTB Rangkasbitung, mengajarkan saya banyak hal baru tentang tema misa 'Berjalan tanpa beban, memberi tanpa pamrih'.
Sabda Tuhan dalam misa menurut Romo mengangkat sebuah tema bagaimana kita dipanggil menjadi seorang murid Kristus yang membawa damai, dan juga suka cita. Romo kemudian menjelaskan tentang bacaan-bacaan dalam misa.
Bacaan pertama yang diambil dari Yesaya 66:10-14c, menggambarkan bagaimana suka cita dan penghiburan yang akan diberikan oleh Tuhan. Perumpamaan yang digunakan adalah seorang ibu yang bersuka cita karena menyusui. Melalui perumpaan ini, Tuhan memberikan janji akan ada damai dan sejahtera seperti sungai dan umat-Nya akan bersuka cita serta bergembira. Saya kutipkan ayatnya: '... kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. Seperti seorang yang dihibur ibunya, demikianlah kamu akan Kuhibur'.
Bacaan kedua diambil dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Galatia 6:14-18. Bacaan ini memberikan penegasan bahwa kita adalah murid-murid Kristus, maka di dalam diri kita, kita ditandai oleh salib Kristus. Hidup sebagai murid Kristus membawa kita kepada salib dan hanya karena melalui salib kita akan memperoleh keselamatan yang menjadi tanda kehidupan baru bagi kita.
Sementara Bacaan Injil mengisahkan Yesus mengutus 70 muridnya dengan tujuan mendahului Yesus, mewartakan kabar baik, dan memerintahkan orang-orang yang mereka jumpai untuk senantiasa mengandalkan pemeliharaan Allah.
Dalam Bacaan Injil versi panjang, dikisahkan ke-70 murid kembali dengan suka cita, melaporkan hasil perutusan mereka bahwa Tuhan menyertai pekerjaan mereka (lihat ayat 17). Dan, Yesus mengatakan bahwa mereka yang telah membawa damai dan suka cita adalah murid Kristus.
Ada tiga kata dalam permenungan hari ini, menurut Romo, yaitu damai, suka cita dan hidup sebagai murid Kristus. Sering kita mendambakan kedamaian, tetapi justru yang kita peroleh adalah ketegangan di rumah, kantor atau dalam komunitas rohani kita.
Kita mengaku sebagai murid Kristus, tetapi dalam kehidupan sehari-hari lebih mencerminkan semangat yang dimiliki oleh dunia: cepat tersinggung, sulit memaafkan atau mengampuni, mudah menyerah, dan tidak tahan menghadapi tantangan dan penderitaan.
Kedamaian sejati datang dari hati yang sudah berdamai dengan diri kita sendiri, dengan orang lain dan juga dengan Tuhan. Kedamaian ini hanya mungkin kita dapatkan, jika kita menyatukan hidup kita dengan Dia.
Suka cita bukanlah hasil dari hidup tanpa masalah. Bagi kita yang punya masalah bukan berarti kita tidak dapat bersuka cita. Suka cita muncul jika kita menyadari bahwa diri kita dikasihi Tuhan, diri kita juga bisa mengasihi sesama kita. Itulah suka cita. Suka cita hadir dalam diri kita, jika kita sudah berdamai. Dan, kita harus menyadari bahwa apapun yang kita lakukan ada dalam rencana Allah dan menyenangkan hati-Nya.
Sebagai murid Kristus kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang punya Roh untuk senantiasa menyadari bahwa kita murid Kristus, maka kita harus berani mengampuni, memberikan diri untuk melayani tanpa menuntut, memilih hidup jujur meskipun merugikan, tidak menyerah meskipun disalahpahami.