Cerpen: Kembali Menjadi Satu
Oleh: Widodo, S.Pd.
I. Retakan
Suatu pagi yang tak akan pernah dilupakan Naya, suara pintu berderit disertai tas besar di tangan ayahnya. Usianya baru lima tahun, terlalu kecil untuk memahami arti kata "berpisah." Yang ia tahu hanya tangis ibunya, wajah ayah yang menahan kata, dan lengannya yang dingin saat memeluk untuk terakhir kali.
"Ayah sayang Naya. Jangan lupa itu," bisik ayahnya sebelum melangkah pergi.
Hari-hari setelahnya sepi. Kursi di meja makan kehilangan satu pemilik. Sepatu laki-laki tak lagi tergeletak di depan pintu. Naya sering menatap jendela setiap sore, berharap sosok itu kembali.
II. Menjadi Dua
Ibunya, Ratna, seorang guru SD, berusaha menambal kekosongan dengan kerja keras. Ia pulang sore membawa setumpuk buku yang harus diperiksa. Kadang malam, ia masih mengetik laporan di meja kecil. Namun dalam setiap kesibukan, ia selalu menyelipkan senyum untuk anak semata wayangnya.
"Naya, hidup kita mungkin berbeda. Tapi percayalah, Ibu akan selalu ada," katanya.
Naya tumbuh dalam belaian seorang ibu yang tangguh. Namun di sudut hatinya, ia merindukan sosok ayah.