Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Pelajar kehidupan - Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sebuah Kapal Berbendera Hitam

1 September 2025   14:43 Diperbarui: 1 September 2025   14:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Kapal Berbendera Hitam

Kapal yang berlayar dengan bendera hitam,
bangsa itu
Tidak bisa koyak, segala hantam
Merdeka selalu

Terhadap rasa persatuan
Senasib sepenanggungan
Bulir keringat tumpah
Desas-desus desis meruah

Tiada naik gaji, pada perut anak yang cacingan
Tiada garis ilahi, koin dinar diperebutkan

Adakah cara bagi keadilan
berkerincing gembira
dalam kantong manusia
yang oleh sistem, direndahkan?

Tuhan tiada merendahkan siapa pun yang dicipta-Nya

Jika setiap jarah adalah pencurian
Maka mengapa yang agung mencuri terang-terangan

Siapakah yang mendidik mereka berbuat curang begitu?
Orang tuanya? Guru?
Atau masyarakat yang dengan senyap setuju
menganggap mencuri dari pencuri mendapat restu?

Siapa pula yang telah berani memprovokasi,
Mengembus was-was,
Di balik topeng bersembunyi
Demikian pengecutnya

Yang mentalnya belum duduk,
Sengaja berlari menurut
Pada desas-desus, mengambil rampas orang-orang kelas atas
Milik mereka kah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun