Mohon tunggu...
Ni Wayan Shinta Purnamasari
Ni Wayan Shinta Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa / Universitas Mercu Buana

Ni Wayan Shinta Purnamasari, NIM 43223010165, Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemampuan Memimpin Diri dan Upaya Pencegahan Korupsi, dan Etik: Keteladanan Mahatma Gandhi

22 Desember 2024   18:54 Diperbarui: 22 Desember 2024   18:54 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keteguhan hati adalah kemampuan untuk bertahan dalam memperjuangkan apa yang benar, meskipun menghadapi tantangan besar. Gandhi menyebutnya sebagai "Satyagraha" (teguh pada kebenaran).

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Dokpri Prof. Apollo
Dokpri Prof. Apollo

Internalisasi Batin Gandhi melalui Ahimsa

Ahimsa, yang berarti tidak menyakiti atau tanpa kekerasan, adalah salah satu nilai inti dari filosofi hidup Mahatma Gandhi. Konsep ini tidak hanya mencakup tindakan fisik tetapi juga pikiran dan kata-kata, menuntut pengendalian diri yang mendalam terhadap semua bentuk kekerasan.

1. Ahimsa

Kata "Ahimsa" berasal dari bahasa Sanskerta "A" yang berarti "tidak" dan "Himsa" yang berarti "menyakiti" atau "membunuh". Jika diartikan secara harfiah, maka ahimsa berarti tidak menyakiti atau menghindari tindakan yang menyakiti makhluk lain. Ahimsa melibatkan komitmen untuk menghormati kehidupan dalam segala bentuknya, baik manusia, hewan, maupun alam. Gandhi menganggap Ahimsa sebagai prinsip universal yang tidak hanya diterapkan dalam hubungan antarmanusia tetapi juga dalam sikap terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya.

2. Ahimsa dalam Panca Yama Bratha

Ahimsa adalah bagian dari Panca Yama Bratha, yang merupakan lima pengendalian diri dalam ajaran etika Hindu. Kelima prinsip ini adalah pedoman moral untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan bermakna:

  • Ahimsa: Tidak menyakiti makhluk hidup dalam pikiran, perkataan, atau perbuatan.
  • Brahmacari: Hidup dengan kesucian, mengendalikan hasrat seksual, dan berfokus pada tujuan spiritual.
  • Satya: Berbicara dan bertindak berdasarkan kebenaran.
  • Awyawaharika: Tidak melakukan tindakan yang menyakiti atau mencelakakan orang lain melalui tindakan sosial atau hubungan.
  • Astenya: Tidak mencuri atau mengambil sesuatu yang bukan haknya.

3. Konflik Kekerasan dan Sad Ripu

Sad Ripu adalah enam musuh dalam diri manusia yang sering menjadi penyebab konflik kekerasan, baik internal maupun eksternal:

  • Kama (keinginan/nafsu): Nafsu atau keinginan yang tidak terkendali dapat mendorong seseorang untuk mengambil tindakan tidak bermoral.
  • Krodha (kemarahan): Kemarahan yang tidak terkontrol sering menjadi pemicu kekerasan verbal maupun fisik.
  • Lobha (keserakahan): Keserakahan mendorong individu untuk menyakiti orang lain demi mendapatkan keuntungan pribadi.
  • Moha (kebingungan/kemelekatan): Kebingungan atau keterikatan berlebihan terhadap hal-hal duniawi dapat membuat seseorang lupa akan nilai-nilai moral.
  • Mada (kemabukan/keangkuhan): Kesombongan dan keangkuhan sering menjadi akar dari perilaku yang menyakiti orang lain.
  • Matsarya (iri hati): Iri hati terhadap kesuksesan atau kebahagiaan orang lain dapat memicu kebencian dan tindakan destruktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun