Saat Sukarno dibui di Penjara Sukamiskin, Inggit menjenguk dengan membawakan berbagai makanan dengan memasukan kode-kode pergerakan dalam isi makanan tersebut. Seperti telor asin ataupun kue lapis yang diselipkan kertas di dalam bungkusnya yang berisi informasi rahasia. Sehingga Sukarno tetap bisa memantau perkembangan pergerakan, meski ia di dalam penjara. Dan, itu berkat kecerdikan Inggit.
Setelah keluarnya Sukarno dari penjara Sukamiskin dengan dukungan Inggit, Mereka bergabung dengan PARTINDO (Partai Indonesia) yang merupakan organisasi lanjutan dari PNI yang sebelumnya didirikan Sukarno.
Saat Sukarno diasingkan di Ende, Flores, pada tahun 1934, Inggit mendampinginya. Untuk bekal hidup mereka dan perjuangan, Inggit rela menjual semua perhiasan simpanannya dan harta benda lainnya yang ia punya.
Bahkan, karena keikhlasan dan ketulusannya berjuang bersama suaminya, ia  rela menjual rumahnya, sungguh suatu ketulusan pengabdian yang sulit dilakukan kebanyakan orang.
Berpisah dengan Sukarno
Setelah diasingkan di Ende, Sukarno kembali diasingkan di Bengkulu. Inggit pun kembali mendampingi Sukarno disana. Di Bengkulu kehidupan rumah tangga Sukarno dan Inggit mulai goyah.
Sukarno terpikat seorang gadis yang bernama Fatma, Sukarno menamainya Fatmawati. Mereka saling mencintai.
Disinilah kebesaran dan keihklasan hati Inggit benar-benar teruji. Sukarno secara jujur mengatakan kepada Inggit ingin menikahi Fatmawati dengan alasan dirinya ingin mempunyai keturunan.
Sebenarnya dalam diri Sukarno tidak ingin sedikitpun menceraikan Inggit yang telah setia mendampingi perjuangannya. Namun, sebagai wanita yang berhati besar dan berprinsip, Inggit tidak mau dimadu dan memutuskan untuk merelakan suaminya itu. Akhirnya mereka resmi bercerai pada 29 Januari 1943.
Memaknai Cinta, Perjuangan dan Kesetiaan Inggit Garnasih
Saringgit, hegar dan asih sebagai doa dan harapan orang tua Inggit ternyata menjadi kenyataan. Inggit Garnasih menjadi pribadi yang tegar, menghidupi, dan mengasihi meskipun segala ujian menghadangnya.
Ketulusan dan keikhlasan adalh kekuatan yang mampu meruntuhkan kerasnya persoalan hidup. Inggit membuktikan bahwa tidak menjadi seorang yang terpelajar bukan berarti menjadi seorang yang acuh terhadap masalah-masalahyang dialami Sukarno suaminya yang notabene untuk kepentingan bangsa.