Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan Sembilan Tanggal Sembilan

10 Maret 2019   20:50 Diperbarui: 12 Maret 2019   19:34 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan hati riang engkau tinggalkan kampung halamanmu. Saat itu, engkau begitu berharap pada lelaki yang berkata bahwa dia begitu mencintaimu dan mengajakmu pergi merantau ke kota meninggalkan kampung halamannya yang juga adalah kampung halamanmu. Lelaki, yang baru kembali dari ibu kota itu dan sudah menjadi pacarmu, mengajakmu turut serta ke ibu kota demi mewujudkan mimpi-mimpi indahmu.

Dusunmu saat itu masih terlalu sepi bagi anak gadis cantik secantik kamu yang memiliki banyak keinginan dan baru beranjak dewasa sepertimu. Tontonan sinetron di layar televisi sepulang mengaji semakin melambungkan angan-anganmu tentang keindahan hidup di ibu kota. Jauh di lubuk hatimu, begitu ingin hatimu memiliki kehidupan seperti kehidupan gadis-gadis cantik yang sering engkau lihat di layar televisi milik Pak Juki, satu-satunya orang yang memiliki televisi di kampung halamanmu dulu.

Sebagai gadis dusun yang saat itu masih berusia 17 tahun, semua cerita tentang keindahan dan kebahagiaan hidup di ibu kota jauh lebih menarik hatimu daripada semua cerita tentang surga dan neraka yang sering di ceritakan oleh Pak Uban seusai mengaji. Pak Uban adalah orang tua yang selama ini menjadi guru mengaji di dusun terpencil di bawah kaki bukit tempatmu tinggal bersama ayah, ibu, dan adikmu.

Sambil menyeka air mata, engkau kembali bercerita. Lelaki sopan, yang dulu membawamu pergi ke ibu kota dengan janji akan mewujudkan semua mimpi-mimpimu, telah menodaimu di malam pertama engkau menginjakkan kaki di kota impianmu itu.

Semua cerita tentang keindahan dan kebahagian hidup di kota makin lama makin kabur dari pandangan matamu seiring berjalannya waktu bersama lelaki muda yang saat itu telah menjadi suamimu tanpa pernah menikahimu terlebih dahulu.

Lelaki yang di awal perkenalannya denganmu terlihat begitu sopan dan baik di matamu ternyata adalah serigala berbulu domba yang sengaja hendak memanfaatkan kecantikan dan kemolekan tubuhmu.

Di gemerlap malam ibu kota, di antara lolongan serigala jantan, di antara suara rintihan yang semakin lama semakin terdengar sumbang, engkau mencoba berontak dari keadaan. Engkau berteriak. Engkau meronta semampu engkau bisa. Namun, engkau terlalu lemah menghadapi serigala berwujud lelaki muda yang setelah puas menikmati kemolekan tubuhmu pun menawarkan tubuh indahmu pada kawanan serigala-serigala lapar yang saat itu begitu menginginkanmu.

Engkau hanya mampu merintih ketika tubuh indahmu jadi rebutan para serigala yang sering kali menjadikanmu bagian dari permaianan mereka bersama suami yang tidak pernah menikahimu secara sah itu. Bagi mereka, engkau hanyalah piala bergilir yang lebih asyik dijadikan rebutan di akhir permainan mereka.

"Ayah". Begitu engkau sering memanggilku dan engkau ingin aku memanggilmu dengan "Bunda". Pernah kubertanya, "Kenapa engkau panggil aku dengan sebutan itu? Bukankah kita belum menikah dan belum menjadi pasangan suami istri yang sah?"

Sambil tersenyum, kala itu engkau hanya menjawab, "Aku ingin merasa kita saling memiliki antara satu dengan yang lainnya. Tubuh ini boleh menjadi milik mereka, tapi rasa dan cinta ini adalah milikmu seutuhnya."

"Jika itu dapat membuat hatimu lebih tenang dan bisa membuatmu kembali tersenyum, engkau boleh memanggilku dengan sebutan itu," kataku pelan sambil tersenyum menatapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun