Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

18 September 2018   22:59 Diperbarui: 4 Oktober 2018   17:31 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu, bahkan untuk melihat wajah Sang Waktu pun aku begitu kesulitan. 

Ketika memasuki Dunia Politik, alam bawah sadar fikiranku sendiri tanpa sadar telah terbawa dalam permainan dan dimanipulasi oleh orang-orang yang memiliki pengaruh begitu besar di dalam Dunia Politik itu.

Seandainya aku tadi tidak segera meninggalkan Dunia Politik itu, maka bisa saja saat ini akupun telah menjadi salah satu pengikut dari dua kubu yang sedang bertikai itu.

Diantara dua bangunan yang berdiri megah di samping kiri dan kananku ini, aku melihat ada semacam papan informasi penunjuk arah. Jika melihat dari arah panahnya. aku tau kalau jalan yang kami lalui tadi adalah masa kini.

Dan didepan sana, tepatnya di sebelah dua bangunan megah dimana sang waktu, Lelaki Tampan yang mengenakan jubah panjang berwarna putih dan wanita paruh baya yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam sedang berdiri saat ini adalah perbatasan masa kini dan masa depan.

Lelaki tampan yang mengenakan jubah panjang berwarna putih itu kulihat berjalan mendekat ke arahku. Meninggalkan sang waktu dan Wanita paruh baya yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam yang sepertinya sedang menunggu seseorang.

Lelaki tampan yang mengenakan jubah panjang berwarna hitam itu mengajakku masuk kedalam, sang waktu yang sepertinya tau, sambil melihat kearahku dia menggangukan kepalanya seolah memintaku agar aku mengikuti Lelaki Tampan yang mengenakan jubah panjang berwarna putih itu.

Setelah melihat sang waktu menganggukan kepalanya, aku segera menyusul Lelaki Tampan yang mengenakan jubah panjang berwarna putih itu masuk ke dalam ruangan. setelah memperkenalkan dirinya, Lelaki Tampan yang aku tau, adalah sang fajar penguasa alam siang itu mempersilahkan aku duduk di salah satu kursi di samping meja kerjanya.

***

Di dalam ruangan ini, aku setidaknya melihat ada tiga orang selain Lelaki Tampan yang memperkenalkan dirinya padaku adalah sang fajar penguasa alam siang, yang pertama kulihat ada seorang anak kecil yang memiliki wajah begitu mirip dengan wajah Sang Fajar itu sedang bermain-main di sudut ruangan, selanjutnya ada seorang lelaki muda yang wajahnya juga begitu mirip dengan Sang Fajar kulihat sedang serius bekerja di sudut ruangan sana, begitu serius bekerja hingga sepertnya tidak memperdulikan orang-orang di sekelilingnya, dan kulihat ada juga seorang lelaki yang sudah tua, yang memiliki wajah sama seperti Sang Fajar sedang duduk santai sambil membaca koran disalah satu kursi sofa tak jauh dari meja kerja lelaki muda itu.

Dari tempatku duduk saat ini,  didalam ruangan besar ini aku masih melihat ada beberapa ruangan lainnya. Tepat di depan pintu ruangan pertama kulihat ada tulisan " Alam Nyata " lalu disebelahnya ada juga pintu yang bertuliskan " Alam Hayalan " dan di pintu ruangan lainnya kulihat ada Tulisan " Alam Mimpi " yang semua pintu-pintu itu dalam keadaan tertutup rapat, dan didepan masing-masing pintunya kulihat ada seorang penjaga yang juga memakai pakaian persis seperti yang dikenakan oleh Sang Fajar saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun