Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Rekan Kerja Narsistik dan Toksik, Harus Bagaimana Menghadapinya?

24 Mei 2021   04:44 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:06 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi teman kantor narsis dan toksik (Sumber: XiXinXing via lifestyle.kompas.com)

Di Belanda, negara tempat saya tinggal, perilaku narsistik di tempat kerja termasuk masalah yang kerap menjadi sorotan. Topik ini kerap didiskusikan dalam berbagai forum. Bahkan seseorang yang dalam melakukan pekerjaannya disertai dengan perilaku narsistik digolongkan sebagai melakukan kekerasan psikis di tempat kerja. 

Radio NPO di Belanda pernah mewawancarai penulis buku 'Bewonder mij!', Eddie Brummelman tentang kepribadian narsistik ini. 

Menurut Brummelman, Anda bisa disebut narsis jika memenuhi tiga karakteristik penting berikut, dikutip dari sumber ini:  

"Anda merasa lebih unggul dari orang lain. Anda merendahkan orang lain. Dan Anda melihat hubungan dengan orang lain sebagai kompetisi. Meskipun Anda memandang rendah orang lain, Anda juga membutuhkan mereka sebagai penonton untuk mengagumi Anda."

Seorang narsis mengangkat dirinya dengan cara merendahkan orang lain. Bagi orang narsis, orang lain adalah obyek kompetisi. Ini senada dengan ciri sifat narsistik berlebihan, yang dikutip dari Wikipedia, "... memiliki kecenderungan untuk meninggikan dirinya di hadapan orang lain, menjaga harga dirinya dengan merendahkan orang lain saat orang lain memiliki kemampuan atau hal yang lebih baik darinya, bahkan tidak segan untuk mengasingkan orang lain untuk memperoleh kemenangan." Istilah narsis dipopulerkan oleh Sigmund Freud, dinamai dari tokoh Narcissus dalam mitologi Yunani. Narcissus mengagumi bayangannya sendiri di permukaan air sungai.

Rekan kerja narsis bisa sangat manipulatif, sehingga bisa terjadi orang lain yang bekerja keras, namun si narsis yang mengklaim bahwa itu semua berkat kerja kerasnya. Akhirnya yang karirnya dipromosikan bukanlah yang bekerja keras, namun si narsis yang sebetulnya tidak melakukan apa-apa. 

Itu ibarat peribahasa "Kerbau yang punya susu, sapi yang dapat nama". Artinya seseorang sudah bersusah payah mengerjakan sesuatu sampai berhasil, tapi orang lain yang dapat nama.

Seorang dengan kepribadian narsistik biasanya terlihat mengagumkan, karena kepercayaan dirinya yang  besar. 

Di tempat kerja, sifat ini membuat mereka lebih punya peluang untuk dipromosikan. Namun kualitas kepemimpinan mereka justru bisa menghancurkan perusahaan. Bahkan dampaknya dikaitkan dengan skandal dalam dunia keuangan tahun 2008, menurut sumber ini:

Menurut penelitian terkemuka, beberapa skandal di dunia keuangan selama krisis tahun 2008 terkait langsung dengan kepemimpinan narsistik dan psikopat.

Orang-orang narsis persis seperti yang dilukiskan Neil J. Lavender, penulis Toxic Coworkers: How To Deal with Dysfunctional People on the Job, menurutnya, "Mereka selalu ingin dikitari oleh 'fans' dan dengan kisahnya, suka menjadi pusat perhatian. Kerap kisah ini tentang pencapaian mereka yang mengagumkan dan biasanya dibesar-besarkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun