"Benar Mbok, akulah anaknya."
"Apakah kau Sembada, teman Waskita anakku."
"Simbok ibunya Waskita ?"
"Iya Lee, Â Aku ibunya Waskita. "
Tapi simbok itu kemudian menundukkan kepalanya. Â Nampak air mata meleleh di pipinya, ia menangis.
"Waskita dan ayahnya ikut jadi korban bencana nggerrr"
Sembada mengangguk-angguk pelan. Â Tiba-tiba tenggorokan-nya seperti tersumbat, ia terharu mendengar kisah simbok bakul yang kehilangan keluarganya itu. Â Sembada lantas mengambil kendi dan meminumnya.
"Aku juga kehilangan simbokku dan ayahku Mbok. Â Sejak peristiwa pralaya itu tak pernah mereka menjengukku di pedepokan. Â Akupun tidak tahu kabar beritanya kemudian. Â Apakah mereka masih hidup apa tidak."
Beberapa lama setelah menghabiskan nasinya, dan meminum wedang serenya, Sembada masih bercakap-cakap dengan simbok bakul. Â Ia lupa-lupa ingat nama simbok temannya itu. Â Daripada salah menyebutnya Sembada segera bertanya.
"Oya Mbok, aku agak lupa nama Simbok."
"Namaku Kanthi. Â Srikanthi, nama wanita gunung."