Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bintang di Langit nan Abu-abu

3 Maret 2020   07:57 Diperbarui: 3 Maret 2020   08:02 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu ia sedikit bisa bernafas lega dan menjawab, "Nama saya Noah, Pak. Maafkan saya. Sungguh, saya tidak tahu mengapa bisa berbuat selancang ini," katanya bernada penuh penyesalan.

"Sudahlah, tidak mengapa. Permainan piano kamu bagus sekali. Kamu sangat berbakat." 

"Harusnya saya memberikan terapi pijat kepada bapak, bukan lancang bermain piano,"

Keesokan harinya, Noah datang kembali ke tempat ini. Bukan sebagai pemijat, melainkan belajar musik. 

Dr Surya Abadi seorang musisi terkenal, menempanya hingga menjelma menjadi pemusik yang patut diperhitungan di negeri ini. Bagai bintang di langit abu-abu menjelang malam yang memancar terang.

Semarang, 3 Maret 2020.


Tim Srikandi 4.0 ==> Ire Rosana Ullail, Listhia H. Rahman, Wahyu Sapta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun