Mohon tunggu...
Vinsensius Jeradu
Vinsensius Jeradu Mohon Tunggu... Kuli Bangunan

Vinsensius Jeradu Pendidikan: Sarjana Akuntansi Pekerjaan: Asisten Dosen, Surveyor Pengalaman: Asisten Dosen di bidang Akuntansi Surveyor di PT Surveyor Indonesia Pendata dan Verifikator proyek strategis Minat: Menulis buku motivasi dan opini, filsafat, serta pemberdayaan masyarakat Karya: Buku Menggapai Kasih dan Accounting for Life (dalam proses penyusunan) Moto Hidup: "Belajar tanpa akhir" Slogan Toko: "Belajar tanpa Akhir" – Vinsen

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Rindu, Tapi Dunia terlalu Bisu Untuk Mengatakannya Padamu

30 Mei 2025   10:25 Diperbarui: 30 Mei 2025   10:25 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vinsensius Jeradu 

Aku Rindu, Tapi Dunia Terlalu Bisu untuk Mengatakannya Padamu

Jam dua belas malam.
Kota Ende dibasahi hujan deras tanpa henti,
langit seakan sedang menangis untukku---
atau mungkin bersamaku.
Kedinginan ini bukan hanya tentang udara,
tapi tentang kamu yang tak di sini,
tentang rindu yang tak pernah mendapat pulang.

Aku berdiri di balik jendela,
memeluk bayanganmu dalam diam,
kau jauh di kampung---
entah sedang tertidur lelap
atau sedang menatap langit yang sama tanpa tahu
bahwa di sini,
ada seseorang yang memanggil namamu dalam hatinya
berulang kali,
tanpa pernah benar-benar terdengar.

Aku rindu,
tapi dunia terlalu bisu untuk mengatakannya padamu.
Setiap kata yang ingin kuluncurkan
tenggelam dalam lumpur keberanian yang tak pernah kukeringkan.
Setiap isyarat yang ingin kusampaikan
terkubur dalam takut akan kehilangan
sesuatu yang bahkan belum pernah kumiliki.

Apa kamu tahu,
bahwa senyummu di sore hari
cukup untuk membuat malam-malamku gelisah?
Apa kamu tahu,
betapa aku iri pada angin
yang bisa menyentuh rambutmu
tanpa harus meminta restu waktu?

Aku mencintaimu
dengan cara yang sederhana tapi menyakitkan:
diam.
Aku merindukanmu
dengan cara yang paling sunyi:
tak terlihat, tak terdengar, tapi nyata
seperti hujan yang terus turun
meski tak satu pun orang ingin basah karenanya.

Dan malam ini,
biarlah hujan menjadi juru bicara,
karena aku sudah terlalu lelah menjelaskan rindu
pada dunia yang tak pernah mengerti
apa artinya mencintai seseorang
yang bahkan tak tahu bahwa dirinya
telah menjadi pusat semestamu.

Ende, 30 Mei 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun