Mohon tunggu...
Vikri Putra Andana
Vikri Putra Andana Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hanya ingin berbagi apa yang ada di pikiran untuk dituang menjadi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jendela Kaca

25 Maret 2020   13:15 Diperbarui: 4 April 2020   09:32 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Aku hanya melihat bayanganku dan dibaliknya hanya ada bentangan luas kampuang ini,bu" Aku polos menjawab.

" Begitulah hati berkata, nak. Melihat dirimu hanya sekedar bayangan,namun dibalik itu kau punya hati yang luas, menguasai luasnya bumi ini. Jadilah seperti jendela kaca,nak. "  Ibu berkalimat takzim, lalu perlahan beranjak pergi.

***
Angin berhembus malam ini, aku menatap binar di balik jendela kaca. Mengingatkanku akan kejadian 10 tahun silam, dimana untuk terakhir kalinya ibu berbicara padaku. Usiaku yang 28 tahun ini masih tak bisa membendung rasa tangisku. Menangis,menangis,dan terus menangis. Aku sudah tak melarat, namun tetap aku merasa miskin. Aku kehilangan sosok pahwalan. Pahlawanku gugur disaat aku tak bisa untuk menyelamatkannya kembali. Sudah terlambat bagiku untuk menyelamatkannya.Kini usiaku 28 tahun. Kelapa yang dipikul oleh ayah dan ibuku dulu kini sudah berganti pikulan dengan puluhan mobil yang memikulnya.

Angin berhembus malam ini, ada yang jatuh disaat yang lainnya bangkit. Ibu, jendela kacamu ada disini, menemanimu dengan sebuah tangisan, angin serta hujan menjadi musik pengiring tangisan ini. Jendela kaca adalah saksi bisu kita, ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun