Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

My Mom is Super Tough

29 Juni 2021   09:47 Diperbarui: 29 Juni 2021   10:03 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Keadaan ini, membuat kehidupan ekonomi nenek sangat memprihatinkan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, nenek menjual sayuran ke pasar Padang Panjang dengan jalan kaki.  Akses transportasi saat itu terputus karena mobil tidak bisa memasuki kampung yang jalannya  sudah rusak berat bekas pemberontakan PRRI.

Masyarakat yang lain pun juga merasakan hal yang sama. Ada yang menjual kayu bakar, menjual daun, menjual daun pisang kering, dan ada yang menjadi buruh tani ke daerah lain seperti ke Singkarak, Ombilin, dan daerah sekitarnya.

Meskipun demikian, masyarakat tidak putus asa dan lebih giat bekerja serta mementingkan pendidikan anaknya. Pada waktu itulah, sekolah mulai dibuka. Walau hanya dalam fasilitas yang sangat minim.

Mereka belajar di mesjid tanpa memakai pakaian seragam. Banyak peserta didiknya yang tidak memakai alas kaki. Berbeda dengan mama, yang masih memiliki sendal jepit sebagai alas kakinya menuju tempat pencarian ilmu.

Alat tulis yang dipakai yaitu batu tulis pengganti buku tulis kita sekarang dan batu tulis penggantu pensil atau pena. Batu tulis bagian depan digunakan untuk belajar berhitung. Bagian belakang untuk belajar menulis.

Sistem belajarnya tidak memiliki catatan tetapi pembelajaran harus tuntas dan dinilai langsung.Apabila sudah dinilai, tulisan yang dibuat dihapus pakai air tanpa bekas.

Kendatipun begitu, peserta didik bersemangat mencari ilmu. Setiap materi mereka kerjakan dengan baik. Dan mereka pun siap menyimpannya diingatan masing-masing. Jika ujian tiba, mereka hanya bermodalkan memori yang tinggal selama ilmu diberikan karena tidak ada catatan yang bisa mereka baca kembali.

Kegiatan pembelajaran seperti ini berjalan selama tiga tahun. Mama dan teman-temannya yang lain kembali belajar di sekolah. Berangsur-berangsur belajar menggunakan buku yanga didapat dari bantuan pemerintah.

Bangunan sekolah dibangun dari bahan bambu dengan dinding jalinan bambu, beralaskan tanah. Akan tetapi, sudah ada meja di ruang belajar.

Mama termasuk peserta didik yang pintar. Ini didorong oleh perhatian orang tua mama yang sangat peduli dengan pendidikan.

Latar pendidikan orang tua mama yaitu kakek tamatan pesantren. Nenek tidak tamat SD tapi pintar membaca. Meskipun begitu, nenek pandai mendidik anak-anak di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun