Dalam beberapa pergaulan kecil di luar negeri ini, terkesan bagi saya memang dosen Indonesia itu super. Ekspektasinya sangat tinggi.
~~~
Di Inggris, minimal dari info yang saya dapatkan, jalur karir dosen itu beragam. Ada yang fokus di mengajar, ada yang fokus di penelitian, ada yang fokus di mengajar dan meneliti sekalian, dan ada yang fokus jadi pejabat administrasi kampus. Dan semua mendapat pengakuan yang setara.
Di Indonesia gimana, ya dengan Tri plus plus Dharma Perguruan Tinggi, jalur karir Indonesia harus serba bisa agar mendapat pengakuan.Â
Dosen mesti mengajar, dosen mesti meneliti dan terbit tulisan ilmiah, dosen mesti melakukan pengabdian pada masyarakat, dosen mesti jadi panitia acara ini-itu, dosen juga jadi pejabat kampus (kalo ditawari), dosen mesti merangkap pegawai untuk mengurus berbagai urusan administrasi kampus. Dan semua "mesti" itu jadi tanggung jawab seorang dosen Indonesia. Ngerti kan sekarang betapa super dosen Indonesia?
~~~
Karena tidak bisa fokus di satu hal seperti yang terjadi di Inggris, dosen Indonesia rata-rata sulit untuk bisa jadi hebat di salah satu dari sekian tanggung jawab itu. Pengalaman saya ya yang penting ada aja yang dilaporkan.
~~~
Ini bukan berarti saya mau bilang bahwa konteks akademik Inggris adalah surga. Tekanan untuk berkompetisi juga luar biasa, khususnya untuk publikasi dan pencarian dana untuk melakukan riset. Tapi minimal jalur karir mereka bisa ada satu yang jadi fokus.
~~~
Superioritas dosen Indonesia jadi lebih kompleks lagi ketika masuk ke konteks pendidikan teologi Kristen. Sebagian besar dosen teologi Indonesia itu adalah seorang yang terlibat aktif di gereja. Jadi ditambah dengan berbagai mesti tadi, tambah lagi mesti terlibat di pelayanan gereja.
~~~
Jadi mesti bagaimana, saya juga tidak tahu mesti bagaimana. Jalani saja semua "mesti" tadi sebagai cara mengisi hidup. Tidak perlu berharap untuk bisa hebat di satu bidang, karena kita mesti jadi super di berbagai "mesti" tadi untuk bisa bertahan. Jangan lupa rajin berdoa dan jaga kesehatan mental.
Â