Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengenal Tradisi Discernment of Spirit dalam Gereja Katolik

29 Oktober 2020   15:28 Diperbarui: 21 November 2021   20:36 3943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Tradisi Discernment of Spirit dalam Gereja Katolik. | pexels

Memang kita tidak pernah menyaksikan secara empiris bagaimana Roh Kudus berperan dalam "aktivitas" discernment of spirit. Namun, kita mampu melihat akibat peranan-Nya.  Akibat peranan-Nya selalu terungkap dalam perbuatan baik. Singkat kata, peran Roh kudus dalam discernment of spirit ialah mengarahkan seseorang pada kebenaran dan kebaikan.

III.Hubungan Discernment of Spirit dengan Kebenaran Iman yang Lain

A. Yesus Kristus sebagai Penyelamat Universal

Melalui pernyataan dogmatis ini, Gereja hendak mengatakan bahwa satu-satunya penyelamat umat manusia adalah Yesus Kristus. Dalam teologi Katolik, tindakan Allah yang menyelamatkan selalu membutuhkan tanggapan manusia. Bagi umat Kristiani, Allah yang menyelamatkan, secara definitif ditanggapi melalui penerimaan sakramen-sakramen. Itulah yang disebut dengan keselamatan subyektif. Artinya, orang-orang Kristiani secara sadar membuat sebuah keputusan untuk menerima sakramen-sakramen. Lalu bagaimana dengan orang bukan Kristiani?

Gereja mengakui bahwa di luar Gereja juga diselamatkan oleh Yesus Kristus yang sama dan satu. Yang memungkinkan keselamatan itu ialah karya Roh Kudus. Bahwa niat baik yang dilakukan oleh orang bukan Kristiani adalah bentuk lain kehadiran Roh Kudus yang sama. Lalu bagaimana kebenaran ini dihubungkan dengan "aktivitas" discernment of spirit?

Bila keselamatan itu membutuhkan tanggapan manusia, maka discernment of spirit adalah sebuah "aktivitas" yang perlu untuk keselamatan. Memang harus diakui bahwa  keselamatan adalah inisiatif Allah semata-mata. Manusia menanggapi Allah melalui imannya.  Discernment of spirit adalah bentuk tanggapan iman paling praktis terhadap Allah yang menyelamatkan. Discernmnt of spirit mau menegaskan bahwa dalam hati semua umat manusia terdapat karya Roh Kudus yang mengarahkan manusia pada Allah.

Namun, karena discernment of spirit adalah sebuah doa, bagaiamana discernment of spirit dipahami dalam orang-orang yang bukan kristiani yang tidak berdoa, tetapi melakukan hal yang baik, misalnya, seorang ateis? Penulis menegaskan bahwa niat baik itu tidak diperoleh melalui aktivitas discernment. Kalaupun itu sebuah discernment, itu bukanlah discernment spiritual. Sebab, discernment of spirit adalah berdoa.  Berdoa berarti punya kesadaran akan realitas Transenden. Seorang ateis hanyalah seorang yang telah memilih yang baik. Bagi penulis, justru di sinilah letak keistimewaan orang kristiani.

B. Konsekuensi atas Doktrin Dosa Asal

Discernment of spirit adalah "aktivitas" yang merupakan konsekuensi atas doktrin tentang dosa asal. Seperti yang penulis telah katakan di bagian pengantar, bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berdosa.  Dosa asal sendiri merujuk pada akibat dosa Adam yang kemudian diwariskan kepada semua manusia.  Akibat dosa itu berupa kecenderungan berbuat dosa. Kondisi ini menyulitkan manusia untuk secara langsung mengenal kehendak Allah, sebab manusia selalu terikat oleh belenggu kecenderungan natural tersebut.

Konsekuensinya, manusia harus memiliki kepekaan spiritual untuk mengenal kecenderungannya. Manusia harus mampu mengenal apakah kecenderungan insaninya membawa ia pada kehendak Allah atau tidak. Banyak orang Kudus dalam Gereja telah mengatasi kondisi ini, salah satunya ialah Ignatius Loyola. Orang kudus ini menawarkan discernment of spirit. Discernment of spirit dikatakan sebagai konsekuensi, sebab, jika kecenderungan untuk berbuat dosa tidak ada, maka discernment of spirit juga tidak perlu.

C. Discernment of Spirit sebagai Antisipasi Eskatologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun