Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Makna Uang dalam Perspektif Alkitab dan Gereja

3 Maret 2024   13:59 Diperbarui: 3 Maret 2024   17:04 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pngtree 

Secara historis dan kronologi, uang pada awalnya berfungsi sebagai alat tukar mengganti sistem barter yang lajim dilakukan sebelunya. Seiring perkembangan zaman makna uang semakin luas, bahkan memiliki fungsi sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga makna uang juga semakin beragam.

Dalam perspektif ilmu moneter, uang didefenisikan sebagai alat tukar menukar atau pembayaran dan juga dianggap sebagai ukuran asset berharga atau kekayaaan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan, uang adalah alat tukar atau standard pengukur nilai (kesatuan hitungan).

Dalam kehidupan modern dewasa ini yang didominasi oleh sikap dan perilaku materialisme dan konsumerisme, banyak orang yang justru memaknai uang secara lebih ekstrim, yaitu mengagungkan uang sebagai ukuran kekayaan dan kenyamanan hidup. Kesuksesan diukur dengan besar jumlah uang yang dimiliki, sehingga banyak orang hanya menjadikan uang sebagai ukuran dan tujuan dalam kehidupan (materialisme).

Materialisme adalah paham filsafat yang menyatakan pada dasarnya semua hal terdiri dari materi, dan semua fenomena adalah hasil dari interaksi materi, dan materi adalah satu-satunya substansi. Jadi materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatunya dalam kehidupan manusia hanya berdasarkan kebendaan atau materi. Materialis adalah orang yang hanya mementingkan materi belaka seperti uang dan harta.

Kata "uang" muncul sebanyak 175 kali dalam Alkitab, sedangkan "kaya" lebih 100 kata muncul, sedangkan "hutang" muncul lebih 50 kata. Namun pembicaraan uang dalam Gereja biasanya hanya menyentuh level permukaan, dan hanya mengajarkan tentang kekudusan dalam memperoleh uang, dan mendorong memberi uang untuk keperluan gereja.

Yesus banyak menyampaikan perumpamaan sebagai pelajaran tentang uang dan harta, terutama dalam injil Lukas :  Lukas 7 : 41-43, 10 : 29-37, 11; 5-8, 12 : 16-21, 14 : 12-24, 16: 1-13,  18 : 1-8,  19 : 19-27, 19 : 31, dan di Injil Matius : Matius 18 : 23-35, 13 : 44-46,  20 : 1-16, 25 : 31-46, dan di Markus 4 : 18-19, 14: 12-24.   Dan dalam kotbah di Bukit Yesus juga bicara tentang harta (Matius 6 : 1-4, 19 : 6-34).

Dalam Alkitab juga banyak perumpamaan yang mengatakan uang merupakan salah satu godaan terbesar bagi orang yang beriman. Bileam tergiur dengan uang (Bil 22:1-34; Ul 23:4-5; Yos 24:9-10; Neh 13:2; 2Pet 2:15-16; Yud 1:11; Why 2:14). Gehazi, asisten Elisha, jatuh dalam dosa ketamakan (2Raj 5:20-27). Demas, rekan sekerja Paulus, memilih untuk mencintai dunia (2Tim 4:10). Yesus sendiri pernah dicobai iblis berkaitan dengan materi (Mat 4:3, 8-9), namun Dia berhasil bertahan. Paulus bahkan menyebut akar segala kejahatan adalah cinta uang (1Tim 6:10a). 

Demikian juga halnya dalam kehidupan moderen dewasa ini, uang sering menjadi daya tarik paling dahsyat membuat manusia terjerumus mengutamakan uang, dan mengagungkan kekayaan, sebagaimana Rasul Paulus mengatakan bahwa akar dari segala kejahatan itu adalah uang,  dan banyak orang kemudian melakukan itu dengan cara mengingkari imannya, dan jatuh kedalam bermacam-macam penderitaan dan sengsara.

Mengagungkan uang dan kehidupan konsumtif dan materialistik terjadi karena orang sering kali memandang uang dari sudut pandang sekuler belaka, sehingga uang pada dirinya sendiri (secara an sich) merupakan masalah di dalam kehidupannya sendiri. Namun demikian bukan berarti kita harus melihat uang sebagai sesuatu yang berbahaya dan mesti dihindari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun