Mohon tunggu...
Vetty Febriariane
Vetty Febriariane Mohon Tunggu... Wirausaha

Scripta manent, verba volant

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

"Gen Z Membunuh Perusahaan Kolot: Revolusi atau Mati!"

14 Juni 2025   12:22 Diperbarui: 14 Juni 2025   12:22 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Personalisasi Kompensasi

Saat ini sistem benefit "one-size-fits-all" sudah ketinggalan zaman. Solusinya adalah paket kompensasi fleksibel (seperti BCA Choice Benefits), tapi diperkuat AI. Gunakan tools seperti Pymetrics untuk analisis preferensi karyawan. Berikan opsi misalnya ekstra cuti, kursus online, asuransi keluarga, atau bahkan saham perusahaan. Transparansi gaji (upah sama untuk peran yang sama) untuk hilangkan distrust.

Bank BCA paham betul psikologi ini. Alih-alih hanya menaikkan gaji, mereka menciptakan sistem "Choice Benefits" dimana karyawan bisa memilih paket kompensasi sendiri. Mau lebih banyak cuti? Silakan. Mau asuransi keluarga lebih lengkap? Bisa. Hasilnya? Tingkat retensi mereka 25% di atas rata-rata industri.

 Shadow Board untuk Pecahkan Echo Chamber Manajemen

Dewan direksi seringkali terisolasi dari realitas karyawan muda, masalah ini bisa di atasi dengan Shadow Board. Unilever Indonesia sudah menerapkan "Youth Advisory Council" sejak 2021 yang mempengaruhi kebijakan sustainability. hasilnya Inovasi produk bertambah 200% dalam setahun.

HRD Harus Turun Gunung. 

Biasanya HRD terlalu fokus pada administrasi, ada sebuah resolusi agar sesekali wajibkan HRD kerja di lapangan 1 hari/bulan. Bisa menjadi sales yang mengejar target, atau dibagian operasional menghadapi keluhan pelanggan langsung.

Gunakan AI-Augmented HR (Chamorro-Premuzic, 2024) yaitu Tools seperti Textio (untuk analisis job description bias) atau HireVue (wawancara berbasis AI). Prediksi turnover dengan algoritma (akurasi 85%).

 Quiet Quitting adalah Warning, Bukan Ancaman

Saat karyawan "quiet quitting" sebenarnya sedang protes halus. Cobalah cek "effort-reward imbalance". Jika beban kerja tinggi tapi reward minim, mereka akan pergi diam-diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun