"Rajin ngaji, tapi menghasut orang jalan terus."
"Barangkali ada kesalahan bos di masa lalu."
"Salah apa aku di masa lalu?"
"Oh, itu mungkin cuma Bos yang tahu."
"Kesalahanku di masa lalu banyak. Ini yang mana?"
"Tapi orang-orang di luar sana mengatakan, dulu Bos pernah ...."
"Ah,stop. Jangan sok tahu kamu. Pergi sana. Jangan sampai aku mengeluarkan perkakas simpanan. Pergi!"
"Maaf, Bos." Â Si Boneng bergegas pergi, sesaat kemudian menghilang di ujung gang. Â Â
  Saridin menyadari bahwa sebagai menantu, dulu dirinya bukan menantu yang baik. Perbuatannya di masa lalu sangat merugikan mertuanya. Dia kerap merongrong. Sebuah mobil mertuanya dijualnya tanpa izin. Uangnya digunakan untuk berfoya-foya dan menikah lagi di luar daerah. Begitu uangnya habis, barulah dia pulang. Serba salah bagi mertuanya, lapor polisi bagaimana, tidak lapor polisi pun bagaimana. Akhirnya, Saridin terbebas dari jerat hukum. Kebiasaan buruknya masih berlanjut. Mertuanya terus diperdaya dengan berbagai cara. Saridin meminjam uang di bank swasta dengan jaminan sertifikat tanah milik mertuanya. Ujungnya, mertuanya juga yang harus melunasi pengembaliannya. Kenakalannya berakhir setelah mertuanya jatuh miskin dan selanjutnya meninggal dunia.      Â
***
Pagi yang cerah, Saridin kedatangan dua lelaki yang tak dikenal. Badannya tegap. Mereka mengaku dari kepolisian. Seorang yang berkulit putih menyodorkan surat penangkapan.