Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Besan

23 Juni 2019   22:33 Diperbarui: 23 Juni 2019   22:40 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring waktu, meninggalnya besan laki-laki berimbas signifikan terhadap keluarga yang ditinggalkan, terutama besan perempuan. Ibarat nyala lampu, yang semula mencapai ratusan bahkan ribuan watt berubah menjadi lima watt. Redup. Namun gaya hidupnya sebagai orang berada tidak serta-merta berubah. Akibatnya, kondisi ekonominya kian memburuk. Pengeluaran keuangannya tidak diimbangi dengan pendapatan. Hal itu berimbas pula kepada Saridin.

Putri dan menantunya menjadi jarang membelikan oleh-oleh. Bahkan sebaliknya, Saridin kerap dimintai uang untuk berbagai keperluan yang katanya darurat. Bagi kebutuhan putrinya, Saridin tidak perhitungan. Menyusul kabar mengagetkan, mereka, yakni besan, menantu dan anaknya akan tinggal mengontrak. Saridin dimintai bantuan agar mencarikan rumah kontrakan.

Rumah mereka telah terjual, dananya sebagian besar untuk menutupi utang. Didapatilah rumah kontrakan. Jaraknya sekitar dua ratus meter dari rumah Saridin.Tampaknya tinggal di rumah kontrakan keadaan mereka tidak bertambah membaik, terbukti putri Saridin berinisiatif mencari pekerjaan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Berbekal ijazah SMP dia diterima di sebuah pabrik garmen, meskipun mulanya harus membayar uang pelicin kepada petugas keamanan yang berani menjamin bahwa lamarannya akan diterima. Nyatanya memang diterima. Saridin senang. Dengan begitu, paling tidak, putrinya itu tidak lagi membebaninya. Namun Saridin masih direpotkan, yakni harus mengantarkannya ke tempat kerja ketika suaminya tak sempat. Kesibukan Saridin sebagai makelar tanah jadi terganggu. Diarahkannya putrinya itu untuk mengambil kredit sepeda motor. DP-nya Saridin yang membayari. Namun, baru berjalan empat bulan sepeda motornya ditarik pihak bank karena menunggak pembayaran. Saridin tak kuasa menalanginya karena sedang tak punya cukup uang.     

***

 Bledakk! Saridin kaget bukan main.  Tidur siangnya terusik. Sebuah lemparan batu mengenai pintu rumahnya, disusul beberapa kali lemparan kecil. Pelakunya adalah besannya sendiri. Istrinya yang sedang menyetrika spontan menjerit dan bergegas keluar. Percekcokan tak terhindarkan. Kata-kata kasar berlontaran disusul dengan berbaku pukul. Mengetahui pelakunya sang besan, semula Saridin enggan keluar rumah. Istrinya dibiarkan mengatasi masalah yang belum jelas musababnya itu. Namun khawatir terjadi sesuatu yang tidak diharapkan Saridin keluar juga. Dia kaget luar biasa, ternyata mereka bergulat di halaman. Istri Saridin kalah kuat. Posisinya di bawah. 

"Wah gawat. Sudah, sudah, jangan berkelahi!" Saridin berusaha melerai. Namun keduanya tak mudah dipisahkan.  

Beberapa anak tetangga datang menonton, tapi tak berani melerai. "Wey ada yang berantem!" teriak kereka.

"He sudah, kalau tidak berhenti aku bakar kalian semua!" Gertakan Saridin sia-sia. Mereka terus bergulat. Melihat posisi istrinya kian terjepit Saridin memaksimalkan kemampuan. Cengkeramannya dibuka. Ditariknya bahu besannya. Terjatuh. Dia langsung membangunkan istrinya.

Besannya segera bangkit dengan wajah penuh amarah. Dia mengepalkan tinju ke arah Saridin seraya melontarkan kata makian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun