Menampi rindu yang melamun di atas tampah
Setiap pagi ditapi ibu-ibu bangun buta
Bersama ayam tetangga yang datang menyampah
Berebut gabah di atas kaki jelata
Pandanganku masih gelap
Belum jelas terlihat daster yang berjemur
Melainkan, kudengar hanya sunyi senyap
Sesekali bersahutan untuk melebur
Dan hujan, lagi-lagi datang menghujam
Dibawakannya badan yang terperdaya oleh angin
Nyala lilin hanya mampu menyisakan kepulan hitam
Bayangannya tergambar dari balik beringin
Namun, aku masih tetap seperti dulu
Bukan hanya aku, tapi kita
Meski, masih harus melawan perguliran waktu
Katakan saja pada mereka, besok kita pasti merdeka