Renungan yang lahir dari puing ingatan dan bisikan sunyi.
Bukan lagi soal perang, tapi perihnya perjuangan. Sebuah refleksi getir tentang janji-janji yang tak tergenapi.
Kemerdekaan belum tuntas; puisi ini menguak luka, ketimpangan, dan PR bangsa yang masih menunggu kita selesaikan bersama
Jika merdeka belum merata Jika keadilan masih hanya kata Maka sesungguhnya kita belum sepenuhnya merdeka
Di tanah ini kami berdiri, pahlawan hadir tak sendiri, berjuang demi cahaya merdeka berseri.
Dalam rentang tujuh puluh sembilan tahun, Di bawah langit biru Nusantara,
Langit kemerdekaan di sini membirudigandeng matahari pagi yang memerahmenuntunnya melangkah dalam heningLangit kemerdekaan di situ membirudirengkuh
Puisi HUT RI untuk merefleksikan kemerdekaan negera Indonesia yang sudah berumur 78 Tahun, puisi yang berupa harapan untuk kenestapaan Ibu Pertiwi
Sebuah puisi tentang arti dari "Kemerdekaan"
Puisi Spesial 78 Tahun Indonesia Merdeka : Merah Darahku Putih Tulangku !!!
Jangan tanya apa yang Negara berikan kepadamu. Bertanyalah apa yang telah kau berikan kepada Negara.
Puisi kemerdekaan, bendera merah putih
Puisi ini didedikasikan untuk para pahlawan dalam menciptakan kemerdekaan yang abadi lewat nyala api perjuangan.
Akankah kau buat ibu pertiwi menangis sekali lagi?
Teruslah berlari tanpa iriDalam derap yang tak pernah berhentiMeski jejak peluk pendar rembulanTelah lenyap diantara sunyi bersimpanganTak usah…
Di sini kami berkhidmat merenungi panjang jalan yang kau tempuh perjalananmu menggores jejak yang tak terhapus
Singsingkan lengan baju mengisi kemerdekaan dengan kebersamaan Membangun bangsa yang maju dan kuat
Puisi ungkapan terima kasih pada jasa para pahlawan.
Ulang tahun kali ini harus kita rayakan berbeda. Mengundang sedikit orang, menyajikan menu sederhana, tanpa selebrasi mewah dan pernak-pernik mahal.
Perjalanan buatku yakin bangsaku selalu mengutamakan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.