Jika ditanya tentang minuman wajib di rumah, jawabannya selalu satu, teh. Bukan sembarang teh, melainkan teh tubruk Cap 2 Tang. Merek teh lokal yang satu ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga kami, seolah-olah rasanya sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Kesetiaan ini bukan tanpa alasan; ada kualitas dan kenangan yang terikat kuat dalam setiap seduhannya.
Saya sendiri tidak ingat kapan pertama kali mengenal teh ini. Sejak saya kecil, Ibu kami sudah biasa menyeduh teh Cap 2 Tang. Cara menyeduhnya pun masih sangat tradisional, yaitu teh tubruk. Daun teh kering yang dimasukkan langsung ke dalam teko lalu disiram dengan air mendidih. Aroma yang tercium saat itu sungguh khas dan menenangkan.
Teh Cap 2 Tang memiliki ciri khas yang membuatnya unggul. Rasa sepet dari daun tehnya berpadu sempurna dengan aroma melati. Namun, wangi melatinya tidak berlebihan atau menyengat, justru terasa lembut dan alami. Keseimbangan rasa dan aroma inilah yang membuat kami sekeluarga tidak pernah bisa beralih ke merek teh lain.
Bahkan, terkadang, kami mencoba mencampur teh 2 Tang dengan merek teh lain yang lebih murah atau yang sedang populer. Hasilnya? Selalu terasa ada yang kurang. Entah warnanya kurang pekat, atau aroma melatinya terlalu "kosong". Akhirnya, kami kembali lagi ke Teh Cap 2 Tang, menyadari bahwa ia memang sudah tak tergantikan di lidah kami.
Kebiasaan ini bukan hanya berlaku saat ada acara besar, tetapi setiap hari. Pagi hari, siang saat santai, atau sore hari ketika berkumpul. Segelas teh tubruk Cap 2 Tang selalu hadir menemani. Ia adalah penanda waktu dan suasana, pelengkap yang wajib ada di setiap momen sederhana keluarga kami.
Kesetiaan pada merek ini juga mencerminkan kesetiaan pada rasa asli daerah. Teh ini diproduksi oleh CV Duta Java Tea di Tegal, Indonesia. Kota Tegal memang dikenal sebagai salah satu pusat tradisi teh poci yang kuat. Dengan memilih 2 Tang, kami merasa turut melestarikan dan mengapresiasi warisan cita rasa teh dari tanah Jawa.
Kemasan Teh Cap 2 Tang juga memiliki daya tarik tersendiri yang mudah dikenali. Gambar dua buah tang berwarna hijau dan putih dengan strip bingkai merah sudah menjadi ikon visual yang lekat di ingatan. Di kemasan itu pula tertera tulisan bersejarah "Thee Fabriek Kwee Pek Hoey", yang menunjukkan akar dan usia panjang pabrik teh ini.
Mempertahankan merek teh lokal ini adalah cara kami menjaga identitas rasa keluarga. Di tengah gempuran teh-teh modern dan instan, kami tetap memilih proses seduh tubruk yang membutuhkan waktu, karena proses itulah yang menghasilkan kenikmatan sejati yang kami cari.
Ritual Seduh Sederhana: Dari Teh Tawar hingga Teh Manis Hangat
Ritual menyeduh teh di rumah kami sangat sederhana, jauh dari kata mewah. Tidak ada takaran atau perhitungan rumit. Semuanya berdasarkan kebiasaan dan perkiraan rasa yang sudah tertanam kuat.
Langkah pertama selalu sama: mengambil beberapa cubit daun teh kering dari bungkusnya. Biasanya kami menggunakan kemasan kecil 8 gram yang harganya sangat terjangkau, yaitu sekitar Rp 2000 per tiga bungkus, atau kemasan besar untuk stok.