Mohon tunggu...
Risma Achmad
Risma Achmad Mohon Tunggu... Freelancer

Guru ekonomi yang jatuh cinta pada sastra. Buku adalah candu saya, dan menulis adalah cara saya memaknai dunia. Melalui tulisan, saya berbagi perspektif, merajut pengalaman, dan merayakan keajaiban kata-kata. Penulis dua buku antologi cerpen: "Di Balik Sebuah Kehilangan" dan "Warna-Warni Cerita di Sore Hari". Menulis bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

SariWangi Mawar, Secangkir Kehangatan di Tengah Hujan Pegunungan

12 Oktober 2025   09:24 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:24 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teh lokal dengan aroma khas (dokumentasi pribadi)

Prolog: Ketika Aroma Membawa Pulang 

Ada kalanya, kenangan datang bukan melalui foto atau cerita, melainkan melalui aroma. Setiap kali harum teh SariWangi Mawar menguar di ruang keluarga, waktu seakan melipat dirinya sendiri. Saya kembali ke masa kecil, duduk di sudut yang sederhana, mendengar hujan di atap seng, merasakan dinginnya pegunungan yang menembus celah jendela. Dalam kehangatan segelas teh, bukan sekadar minuman---melainkan pelukan cair yang menghangatkan badan dan hati. 

Inilah kisah tentang bagaimana aroma, kehangatan, dan kebersamaan mencipta filosofi hidup dalam tiap tegukan teh.

Bagian I: Kenangan dalam Kepulan Aroma

Sore di pegunungan punya dramanya sendiri: rintik hujan mencipta irama tenang, udara dingin menyelinap sela jendela, namun dalam rumah, kehangatan lahir dari kebersamaan. Aroma teh hitam SariWangi menjadi jembatan menghubungkan keluarga dalam kehangatan yang sama. 

Sejak kecil, SariWangi menemani sore-sore hujan dan pagi berkabut. Setiap tegukan mengisahkan ayah yang pulang basah kuyup dan ibu yang menyeduh teh tanpa diminta sebagai bahasa cinta. Kami belajar: kebahagiaan sejati lahir dari hal sederhana. 

Kehidupan indah karena mampu merangkul kontras---hangat dan dingin, keheningan dan percakapan, kesederhanaan dan kebahagiaan. Kenangan terdalam tersimpan dalam aroma teh, suara hujan, dan kebersamaan tak tergantikan. 

Dari kenangan inilah, tradisi minum teh kami tumbuh menjadi ritual bermakna.

Bagian II: Pertemuan dengan MawarJatuh, Hati pada Tegukan Pertama 

Tahun berlalu, saya pergi ke kota besar mengejar mimpi, tapi teh tetap jadi ritual pengingat rumah. Suatu hari, saya menemukan varian baru: SariWangi Mawar teh celup dengan aroma mawar lembut dan berkarakter. 

Saat membuka kemasan dan mencium aromanya, saya langsung jatuh hati. Keharumannya membawa saya kembali ke hujan pegunungan, kini dengan sentuhan keanggunan yang memperkaya kenangan tanpa mengubah maknanya. 

Teh ini adalah kontinuitas dan evolusi menemani saya dewasa dengan jiwa masa kecil tetap hidup.

Setiap pulang, saya bawa SariWangi Mawar sebagai hadiah kecil. Keluarga menerima dengan hangat, aroma yang familiar namun baru seperti bertemu teman lama yang lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun