"Sangat dalam. Syukur itu pondasi. Kalau kamu punya rasa syukur, kamu bisa tetap bahagia meskipun gak punya semuanya."
Rafa memejamkan mata sejenak. "Berarti... aku yang salah, ya?"
"Bukan salah. Tapi lupa. Dan wajar, manusia kadang lupa. Makanya kita perlu diingatkan."
Pak Amar menatap langit yang mulai redup. "Kamu tahu, Melody Beattie pernah bilang: 'Syukur membuka pintu ke tanah di mana cahaya memancar, di mana kebahagiaan menemukan tempatnya, dan di mana kegembiraan sejati bisa dirasakan.'"
Rafa menarik napas. "Keren..."
Pak Amar tersenyum. "Mulai sekarang, coba biasakan ucapkan tiga hal setiap hari."
"Apa aja tuh, Pak?"
"Pertama, 'Terima kasih ya Allah untuk hari ini.' Kedua, 'Terima kasih ya Allah atas apa yang masih aku punya.' Ketiga, 'Terima kasih ya Allah meskipun aku belum punya semua yang aku inginkan.'"
Rafa mencatat di catatan HP-nya. "Aku coba mulai hari ini, Pak."
"Bagus. Dan ingat, kalau hidup lagi berat, bukan berarti Allah menjauh. Bisa jadi, Allah sedang menunggu kita kembali dengan lebih dekat lewat syukur."
Rafa menatap Pak Amar dengan mata yang lebih hidup. "Terima kasih, Pak... Udah dengerin aku, udah ingetin juga."