"Bu, makan apa hari ini?" begitulah dua pasukan kecil saat mulai menanyakan menu yang hendak aku siapkan.Â
Terkadang hal seperti ini terlihat sepele namun kerap membuat berputar otak pun pikiran. Dipusingkan dengan jenis menu yang layak untuk disajian. Jikalau terjadi setiap hari, bosan. Tentu saja hinggap bahkan tak kunjung lenyap. Tersebab aku tak bisa mengatur apa yang hendak disantap.
Kiranya, aku harus siap dengan beragam bahan pangan yang menanti dieksekusi. Mengatur menu keluarga merupakan kewajiban ibu rumah tangga. Apalagi yang masih memiliki anak balita. Tentu menu sehat menjadi hal yang membutuhkan pemikiran cermat.
Tak sembarang bahan pangan disajikan. Dipilih jenis yang menyehatkan. Kiranya harus senantiasa diperhatikan. Demi terjaga kesehatan badan.
Meski kini telah banyak jenis pilihan bahan pangan luar pun lokal. Dari yang sederhana hingga istimewa nan mahal. Namun untuk menyajikan menu sehat tentu bukan tak bisa dihemat. Sebab kualitaslah yang jadi pilihan tepat.
Jujur saja ketika anak pertama lahir ke dunia. Memilih yang terbaik pasti menjadi dambaan orang tua. Apalagi pengalaman pertama tentunya lebih waspada. Ini merupakan hal yang biasa dialami ketika baru menjadi orang tua.
Tak terkecuali soal makanan menjadi sorot utama. Menyiapkan gizi seimbang seolah tak ingin diabaikan begitu saja. Merupakan prioritas yang menjadi acuan demi tercipta kesehatan keluarga.
Menu istimewa kiranya menjadi idola sebagai sajian balita yang didambakan. Penuh dengan kandungan gizi, itu yang kerap didengungkan. Meski harga membumbung tinggi seakan tak dipersoalkan.
Tentu ini menjadi hal yang rumit. Ketika jumlah keluarga bertambah menjadi tak sedikit. Memikirkan menu sehat namun tetap bisa berhemat. Pun memiliki kualitas mantap. Bukan hal yang mudah dilihat. Jikalau tak pandai mengeksekusi bahan pangan dengan cermat.
Nah, ini yang menjadi masalah. Kiranya bahan pangan berstandar istimewa kerap menutup mata pun membuat resah. Hingga yang ada di sekitar kita justru kerap disingkirkan. Bahkan enggan tuk menyentuh apalagi menghidangkan sebagai menu harian. Dianggap tak memenuhi standar kesehatan. Barangkali itulah yang menjadi awal benih keraguan.
Sejak berhamburan bahan pangan luar yang menawarkan kualitas tinggi. Tentu dengan harga yang cukup ngeri. Sebut saja ikan salmon, untuk mendapatkan satu iris pun harus mengelus dada ketika hendak membayarnya. Namun dengan iming-iming kualitas tentu berbanding lurus dengan harga yang diminta.
Seandainya berasal dari negeri kita mungkin tak seheboh harga yang ada. Sayang, di Indonesia tak banyak ditemukan Salmon. Apa kita akan memprotesnya? Tak mungkin kan? Sebab kondisi alam sudah diatur sedemikian baiknya. Tentu kita memiliki bahan pangan yang tak kalah hebatnya. Masa iya ada? Tentu saja, tak percaya?
Tempe gembus, misalnya. Pasti pernah mendengar jenis tempe ini bukan? Tentu, tempe ini tak asing lagi di telinga kita. Tempe yang terbuat dari ampas tahu sering kali diabaikan bahkan tak memikat hati. Tak bergizi. Barangkali pemikiran yang keliru kerap menjadi pemicu.
Banyak dari kita yang memiliki cara berpikir tak sederhana. Terkontaminasi gaya istimewa. Sehingga tempe gembus yang sederhana kerap tak dinilai hadirnya. Jangankan untuk dibeli, dilirik pun enggan, apalagi dicoba.
Padahal apa yang terbukti kini, tak seperti yang kita kira sebelumnya. Tempe gembus yang tak diindahkan, justru memiliki manfaat tak kalah mantap. Pun didapat dengan harga yang tentu jauh lebih hemat.
Menurut Bu Niken, seorang ahli gizi Puskesmas Ngemplak 2 di lingkungan kami tinggal mengungkapkan bahwa tempe gembus mengandung lebih tinggi serat daripada tempe pada umumnya.
Tempe biasa berasal dari kedelai utuh, sedangkan tempe gembus terbuat dari kedelai yang sudah digiling (ampas tahu). Ini menyebabkan proses fermentasi tercipta jauh lebih baik daripada proses fermentasi yang ada pada tempe biasa.
Beliau kerap menyarankan agar menghadirkan tempe gembus sebagai menu andalan balita. Teksturnya yang lembut, lebih sehat pun hemat, bisa dinikmat kapan saja. Mudah didapat dan cepat cara menyajikan hingga bisa disantap. Rasanya pun tak kalah lezat.
Hal senada juga diungkap oleh ahli gizi Jansen Ongko (Detikfood 18/05/2016). Menurut beliau, meskipun berasal dari sisa pembuatan tahu, tempe gembus masih memiliki manfaat untuk tubuh. Jansen menuturkan bahwa tempe gembus memiliki serat makanan yang cukup tinggi. Sehingga mudah dicerna oleh tubuh kita.
Selain tinggi serat, tempe gembus juga baik untuk otak. Seperti yang dilansir dalam Trubus.id Senin 17 Novermber 2018, tempe gembus mengandung banyak karbohidrat yang baik untuk otak.
Tak hanya itu ada manfaat lain yang tak kalah hebat. Masih dalam Trubus.id, dikatakan bahwa tempe gembus mengandung fitronutrilen.
Fitronutrilen merupakan jenis zat kimia yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh sebagai antioksidan alami. Senyawa fitronutrilen akan menghambat dan mencegah berbagai jenis radikal bebas yang menyebabkan tumbuhnya sel kanker.
Sungguh hebat. Meski hanya berasal dari ampas tahu, namun memiliki kandungan gizi yang tak kalah mantap. Pun tekstur yang lebih halus sehingga mudah dicerna. Juga kaya manfaat yang tentu berguna bagi tubuh kita. Ini sangat cocok sebagai pilihan menu sehat keluarga. Hadir meramaikan meja dengan rasa yang tak kalah istimewa.
Aku kerap mengolahnya dengan beragam cara. Mulai hanya digoreng biasa hingga menjadi sajian cukup istimewa. Semisal oseng tempe gembus diolah bersama leunca dan teri. Mengundang selera siapapun yang mencicipi. Mendapat sentuhan saus tiram tentu lebih terasa yummi.
Sudah dipastikan mengundang anak tuk datang mencicipi. Mereka pasti akan tergerak lagi lagi dan lagi.Â
Bersaing dengan sosis, nuget, pun olahan daging yang tentu lebih menarik. Nyatanya, tempe gembus mampu memikat, menjadi sajian harian sehat dengan rasa tak kalah mantap.
Mudah didapat, banyak tersedia di pasar tradisional. Dijual dengan harga yang tak mahal. Cukup ramah sesuai standar pasaran lokal. Membuat tempe gembus kian menjadi idola tuk dihadirkan dalam menu harian.
"Bu aku mau makan pakai tempe gembus lagi ya...yang krispi, yummi..." begitulah jawaban anak-anakku jikalau aku menanyakan kembali mengenai menu kepada mereka.
Rupanya mereka semakin menyukai jenis makanan yang tak biasa. Tempe gembus. Justru malah ketagihan meminta. Ini merupakan hal yang luar biasa. Bahan pangan lokal menjadi favorit keluarga cukup membuatku bangga. Mencintai produk negeri belum tentu semua orang mau mencoba. Namun selayaknya dicoba.
Tempe gembus, meski dari tampilan kurang memikat hati. Kini justru semakin diminati. Tekstur lembut pun rasa gurih yang menjadi daya tarik diri. Juga mengandung lebih banyak nutrisi. Kiranya tempe gembus bakal menjadi artis yang banyak dicari.
Nah, masihkah ragu memilih tempe gembus menjadi menu harian keluarga kita? Aku sudah mencoba untuk menghadirkan tempe gembus sebagai menu andalan. Bagaimana dengan kalian?
Sumber referensi lain: Sumber 1 dan Sumber 2
Niek~
Jogjakarta, 20 Februari 2020
Tim Lintas Jawa-Sumatera
Rifan NazhipÂ
Ummu el HakimÂ
Zahrotul Mujahidah