Mohon tunggu...
una anshari
una anshari Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Merasakan, Menulis dan Membagikan

Traveller yang selalu berharap dapat mengambil hikmah dalam perjalanan untuk ditulis dan disharekan. Berbagi itu indah :)

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Melayu hingga Batak, Inilah Olahan Ikan Khas Sumatera Utara

29 Februari 2020   07:00 Diperbarui: 29 Februari 2020   07:05 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan tanpa maksud, ketika membuka usaha ini, saya berpikir di Mall sudah semakin banyak makanan-makanan luar yang masuk ke dalam negeri. Apalagi jika negeri tersebut, film dan artisnya digandrungi oleh para remaja tanah air. Maka, mengusahakan makan makanan yang biasa tampak di drama dan dinikmati oleh pujaan mereka menjadi sebuah gaya hidup yang harus diikuti. Sampai disitu, saya merasa sedih. 

Jangan-jangan nanti tidak ada lagi yang kenal dengan bubur kacang hijau yang nikmat dan penambah energi. Dengan rasa nasionalis, agar tidak dimakan oleh waktu, saya dan kakak mendirikan usaha ini. Walau belum bisa membuka outlet di mall, setidaknya usaha kami sudah tersedia secara daring sehingga tetap bisa dikenal.

Usaha Bubur milik saya (Dokpri)
Usaha Bubur milik saya (Dokpri)

Alhamdulillah hingga sekarang masih bisa bertahan. Satu hal yang disyukuri lainnya, walaupun banyak penikmat dari kalangan tua, setidaknya bubur kami ini bisa menjadi jawaban bagi para Ibu hamil. Pernah suatu ketika, seorang laki-laki datang dengan tergopoh dan menanyakan apakah kolak pisang masih ada. Jawaban pegawai saya membuat lelaki itu tersenyum. 

Pasalnya, kolak pisang bukan makanan yang mudah kita temukan selain di bulan Ramadhan. Ingin memasaknya pun dirasa sayang jika hanya menginkan sedikit. Menarik napas lega ia membeli dua porsi sambil bercerita bahwa ini adalah permintaan istrinya yang sedang mengandung. Hal yang sering disebut dengan ngidam.

Duh, jadi ngomongin bubur. Kembali ke pertanyaan pegawai yang sempat mengintip judul artikel tadi, ya, sambal ikan pari dan sepiring nasi hangat adalah makanan yang selalu saya rindukan ketika tidak di rumah.

Pertama kali tinggal lama di ibukota ketika melanjutkan bangku kuliah, saya agak shock ketika tidak menemukan ikan sesegar asal daerah saya. Mungkin karena pengaruh laut yang juga ikut tercemar. Pernah ketika menyebrang ke pulau seribu melihat sampah-sampah mengapung yang tentu saja berasal dari daratan. Maka ketika tinggal di Ibukota, saya tidak terlalu suka mengkonsumsi ikan. Ayam dan tempe segera saja menjadi lauk favorit.

Setiap pulang ke Medan, barulah puas-puasin makan ikan. Salah satu ikan yang menjadi favorit saya adalah ikan pari. Ikan yang bentuk aslinya seperti kipas ini paling enak digulai masam khas Melayu.

Gulai disini tidak menggunakan santan loh. Hanya karena berkuah, warga Melayu Medan menyebutnya gulai. Rasanya, asem segar gitu. Masam sama dengan asam. Jadi, layaknya ayur asem, gulai masam ikan pari adalah ikan yang di-sayurasem-i, tentu dengan bumbu berbeda. Asamnya terutama, menggunakan asam buah belimbing kecil atau disebut juga sayur belimbing.

Saya tidak tahu apakah ibu-ibu di luar Medan atau non Melayu tahu bahwa belimbing ini bisa digunakan untuk menghasilkan salah satu masakan yang dijamin bakal nambah-nambah, walau hanya dengan nasi hangat tanpa tambahan lauk lainnya.

Gulai masam ikan pari (sumber foto cookpad)
Gulai masam ikan pari (sumber foto cookpad)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun