Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta 307

18 Oktober 2020   15:37 Diperbarui: 18 Oktober 2020   15:42 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah cinta yang sudah lama dan kembali lagi. Pagi itu Sekar bangun dengan kedua matanya yang sembab, rambut berantakan dan pola hitam menghiasi bawah kelopak matanya.

"Dek, kamu nangis semalam?" tanya Bunga yang sedang duduk menatap cermin. Meskipun hari minggu, Bunga tetap bekerja karena dia seorang koki di sebuah hotel ternama di Jakarta.

Sekar masih dalam posisinya, duduk memegang selimut memasang wajah cemberut. Gadis berambut panjang ini adalah pengangguran di mata banyak orang tapi pekerja keras menurutnya sendiri. Sekar adalah influencer sejak masih duduk di bangku SMA yang artinya 10 tahun lalu.

"Kakak nggak pulang? Aku nggak suka kita tidur bareng!" ucap Sekar dengan nada mengigau.

Sejak seminggu lalu Bunga menginap di rumah Sekar yang merupakan apartemen tidak jauh dari Hotel tempat Bunga bekerja. Namun bukan alasan itu Bunga lebih sering menginap di rumah adiknya, melainkan karena dia baru saja bertengkar dengan suaminya.

"Iya. Nanti kakak bersihkan kamar tamu biar kakak nggak tidur bareng kamu,"

Perempuan 35 tahun itu lalu menyambar tas nya lalu pergi tergesa-gesa meninggalkan Sekar yang masih enggan bangkit dari ranjang empuknya.

"Bukan itu maksud aku," gumam Sekar sembari mengacak-acak rambutnya yang memang berantakan.

Usia Bunga dan Sekar hanya terpaut 6 tahun tapi keduanya sangat dekat meskipun Bunga telah menikah. Namun pernikahan Bunga yang telah berusia 15 tahun itu tidak begitu baik, ya begitulah pernikahan Bunga di mata Sekar yang memilih terus menjomblo sejak SMP. Menjalin hubungan asmara menurutnya hanya menyimpan rasa sakit.

"Sekar!"

"Hmm..."

Gadis 29 tahun dengan rambut panjang sepanggul terurai dan mata sipit berkaca mata duduk menatap layar laptop dan kedua tangannya menari diatas keyboard , satu gelas es kopi telah lenyap mataharipun sudah beranjak naik semakin terang.

"Loe bukannya lagi ada projek sama Damar?" tanya Rahma.

"Iya. Tapi gue males istrinya Damar cemburuan gila."

"Loe nikah geh ,"

"Bentar! Loe temen gue bukan sih?"

Mata Sekar menatap Rahma tajam, gadis itu merasa Rahma yang ada di hadapannya itu bukanlah Rahma sahabatnya yang tidak pernah membahas soal pernikahan dengannya. Pertanyaan paling sensitif bagi Sekar yang pantang buat diucapkan meski hanya gurauan.

"Gue serius, Sekar! Loe itu tahun depan udah 30 tahun. Loe pasti masih inget dong apa kata bokap nyokap loe?"

Walau bagaimanapun Rahma juga pernah gagal bahkan dua kali perempuan itu menjanda, semakin membuat Sekar ragu untuk menyukai seseorang.

"Calon adik ipar gue usianya 27, mau aku kenalin?" 

"Nggak perlu, bentar lagi juga pangeran gue dateng." ucap Sekar dengan penuh percaya diri. 

"Oke, oke ... Gue nyerah kalau loe udah mengucapkan kalimat itu."

Waktu terus berjalan hingga Sekar lupa lagi jika hari ini adalah hari dimana dia harus datang ke sebuah acara launching sebuah brand yang menjual berbagai bumbu dapur siap pakai.

Sekar memang sudah mandri bahkan sejak masuk SMA tapi masakan yang dapat ia masak hanya nasi goreng dan mie instan saja. Acara yang di selenggarakan disebuah mall itu dihadiri banyak sekali pengunjung yang rata-rata adalah kalangan ibu-ibu.

Braakk ...!!

Tanpa disengaja Sekar menabrak kerumunan karena ada seorang anak kecil yang berlarian dan mendorongnya. 

"Kar. Kamu nggak apa-apa?" tanya Damar.

Seseorang mengulurkan tangannya, tampak kokoh dan kekar, sebuah jam tangan hitam menghiasi pergelangan tangan yang nampaknya seorang laki-laki.

Sekar menyambut tangan itu dan betapa terkejutnya dia saat menengadahkan wajahnya. Kedua bola mata mereka bertemu.

"Radit!" 

"Sekar! ucap mereka hampir bersamaan.

Seusai acara itu, mereka bertiga memutuskan untuk makan siang bersama di sebuah kedai mie. Hari minggu yang ramai membuat semua tempat penuh sesak oleh orang-orang yang ingin menikmati akhir pekan mereka dengan berjalan-jalan.

"Kamu masih suka nulis," tanya Radit

"Sekar ini bisa di bilang senior gue. Dia yang ngajarin gue banyak hal soal blog,"

Radit hanya mengangguk-aguk saja mengiyakan ucapan Damar yang banyak mengandung kata yang tidak ia mengerti.

Sedangkan sekar, perempuan yang tampak lelah dengan kantung mata terlihat jelas itu hanya terdiam menatap layar laptopnya.

"Kamu baik-baik aja?" 

Radit yang tampak cemas melihat Sekar mencoba menanyakan apa yang bisa ia bantu. Banyak hal tidak diketahui Sekar terlebih soal masak dan dapur berbeda dengan Radit yang ternyata adalah seorang koki dari sebuah hotel ternama. 

"Terimakasih banyak tumpangannya." 

Gadis itu melambaikan tangannya seketika saat melihat Radit kembali menancapkan gas mobilnya. 

Ini adalah pertemuan yang cukup berkesan bagi Sekar. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengan Radit yang merupakan mantan kekasih di masa lalunya. Sebuah cinta monyet di masa sekolah dasar, antara Sekar Ayudia dan Agus Raditya yang sama-sama duduk di bangku sekolah dasar. Radit yang saat itu tidak naik kelas masih tinggal di kelas 5, sedangkan Sekar sudah kelas 6. 

Dengan malu-malu kedua anak itu sering berkirim surat, lewat pesan itulah Radit menyatakan perasaannya pada Sekar dengan polos. 

Hanya sebuah hubungan anak kecil di masa lalu lewat sebuah surat, namun perasaan itu nyatanya belum padam bahkan setelah 18 tahun lamanya.

Radit mengambil sebuah kotak dari dalam gudang di belakang rumahnya. 

"Kau bereskan lagi gudang itu setelah kau acak-acak." Teriak seorang mamak dari balik kaca sedang memasak untuk makan malam.

"Iya, Mak!" teriak Radit membalas.

Laki-laki itu kemudian bergegas menuju lantai dua, tepat dimana kamarnya berada.

"Aah!! Ketemu!" ucap Radit kegirangan bak menemukan harta karun flaying ducman. Setelah membuka kotak itu dan melihat isinya satu persatu, tangannya berhenti di sebuah kertas warna warni dengan tulisan tangan yang tidak rapi.

Itu adalah setumpuk surat dari Sekar yang masih ia simpan. Dan bukan hanya surat tapi ada juga sebuah cincin berwarna ungu serta bungkus permen mint yang pernah Sekar berikan kepadanya.

Sedang asik berjelajah dalam lembaran-lembaran surat, tangannya berhenti bergerak dan nafasnya terjeda sekejap saat melihat sepotong kertas berukuran kecil yang nampak usang, terlihat sebuah gambar dirinya dan seorang perempuan mengenakan pakaian olah raga. Itu adalah Sekar ketika duduk di bangku kelas 6, nampak lugu dan polos dengan rambut di kepang dua.

Bayang-bayang masa lalu itu semakin bergelayut dipikiran Radit, bibirnya tak henti tersenyum tatkala mengingat kembali masa itu.

"Kakak! Cepat turun kalau nggak mau aku habiskan jatah makan mu!" teriak seorang perempuan dari balik pintu memecah imajinasi liar Radit.

Berbeda dengan Radit, Sekar justru sudah terlelap tidur dan berjelajah dalam mimpi, bahkan tanpa sempat melepas sepatu. Tertelungkup dengan wajah terbenam dalam pelukan guling.

Sekar dengan Hoodie hitam topi hitam sepatu dan celana berwarna hitam berjalan perlahan menikmati udara pagi yang masih sejuk. Ini bukan tema Halloween tapi begitu gaya perempuan yang sebentar lagi akan berusia 30 tahun itu.

Baru 10 menit nafasnya sudah hampir putus, maklum saja, sudah lebih dari 2 bulan dia malas gerak meski hanya menuruni tangga depan apartemen.

"Pagi, Sekar!"

Suara yang terdengar masih asing di telinga Sekar. Itu adalah Radit dengan kaos putih dan celana hitam, tidak lupa ponsel di lengan kanan serta air ia genggam di tangan kirinya.

"Lho, kok. Kamu ada di sini?" 

Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir manis Sekar yang tak percaya akan secepat ini bertemu lagi dengan Radit.

"Ya. Sudah satu bulan aku tinggal disini! Gimana kabar, siapa pacarmu dulu?" 

Pertanyaan ini sanggat tidak di sukai oleh Sekar. Gadis itu mempercepat langkahnya. Satu, dua , tiga, Sekar tetap diam. Radit yang merasa bersalah mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Mau sarapan bareng? Cafe di lantai satu makanannya enak-enak loh." ucap Radit.

"Aku biasa sarapan roti. Makasih, ya. Aku pergi dulu ada rapat online jam 9." 

Sekar berlalu meninggalkan Radit begitu saja. Tanpa Radit tahu, Sekar telah lama memendam rasa sakitnya berpisah dengan Radit dan berhubungan dengan Raka. Raka merupakan kakak kelasnya sewaktu SMP. 

---

Hubungan Radit dan Sekar berakhir ketika Sekar masuk SMP, ini memang menggelikan. Kisah cinta dua anak manusia yang boleh di bilang anak-anak. Tapi sebuah perasaan tidak dapat di sangkal. 

Hari itu setiap hari mereka saling tatap dari kejauhan, setiap pagi akan ada secarik kertas berisi sebuah kata-kata manis yang menurut mereka wajar. 

"Hei, Sekar!" Seorang anak dengan wajah berkeringat mendekati Sekar yang sedang berjalan pulang, sebuah surat ia masukan dalam kantong saku Sekar kemudian pergi.

Terimakasih gumam Sekar.

Sekar sangat suka menulis, sehingga dia sering sekali mengirim surat untuk Radit meskipun kelas mereka bersebelahan dan setiap hari bertemu.

"Kamu harus putus sama Radit!"

Itu adalah kata-kata yang cukup menyakitkan yang pernah di dengar oleh Sekar. Kata-kata itu di ucapkan oleh seorang murid SMA bernama Laras. Laras adalah kakak perempuan Radit. 

Radit punya dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan, selain itu dia juga punya satu adik perempuan. Hubungan mereka benar berakhir setelah 11 bulan berjalan. Radit dengan gosipnya yang menyukai gadis lain, dan Sekar dengan gosipnya punya pacar lain. Tapi mereka tidak pernah tahu kebenarannya. Hingga suatu hari kembali bertemu dalam suasana yang berbeda.

/~~~~~

Ting... Tong...

Seseorang menekan tombol bel apartemen yang di huni Sekar. Jelas itu bukan lah kakanya, karena dia tidak akan menekan tombol bel. Bukan juga tukang paket, karena dia tidak belanja online.

"Sebentar ..!" teriak Sekar dari dalam kamar mandi.

Gadis itu tumben di hari minggu yang sedikit mendung membersihkan kamar mandi dan merapikan seluruh perabotnya.

Ting ...Tong..

"Iya sebentar!"

Percayalah suara Sekar tidak dapat didengar oleh orang yang menunggunya di balik pintu.

"Ada ap-..."

Seorang dengan berpakaian rapi berdiri di hadapannya membawa satu batang bunga mawar lengkap dengan potnya.

"Ra--dit...!" ucapnya terbata-bata.

"Aku datang mau minta maaf. Bukan hanya yang pagi tadi. Tapi semua yang pernah aku lakukan ke kamu!"

"Bunga mawarnya?"

"Aku tahu kamu masih suka bunga mawar dan kamu juga suka tanaman makanya aku bawa sama potnya!"

"Silahkan kamu masuk..."

Sekar menerima bunga mawar dari Radit dan menaruhnya di balkon agar mendapat sinar matahari yang cukup begitu pikirnya. 

Secangkir teh manis telah tersaji di sebuah meja kecil di tengah ruangan.

"Kamu rajin ya? Rumahmu rapih. Kamu mau nggak nikah sama aku?"

Seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar, Sekar hanya tertegun sementara Radit mendekat kan wajahnya.

"Tunggu..!" Sekar mendorong tubuh Radit yang kokoh hingga tersungkur," aku belum gosok gigi"

Seketika Radit melumat bibir ranum Sekar. Sekar yang tidak punya pengalaman berciuman hanya terdiam dan mengikuti Radit.

"Sekar! Sekar ! Bangun ...!!"

"Hmm..." 

Sekar membuka matanya dan semuanya hilang, Radit pot bunga, senyuman semuanya lenyap seiring dengan kesadaran yang datang.

"Lu ngimpi apa?" tanya Bunga.

"Kak ...!"

"Hmm...!"

"Aku, ngimpiin Radit ... !" gumam Sekar.

Sekar lalu menyentuh bibirnya, semua nampak nyata beberapa waktu tapi saat ia sadar ia hanya bermimpi. 

Sekar kemudian mulai bercerita tentang pertemuan nya dengan mantan kekasih kecilnya itu pada Bunga. Matahari sudah tak tampak terganti dengan cahaya bulan yang terang tanpa terhalang awan.

Semua kisah yang pernah terjadi hanya sebuah masa lalu yang mustahil kau cipta kembali dimasa kini dan akan datang, tapi jika takdir tertulis akan kembali maka dia tidak akan pergi lebih jauh lagi.

____

Sekar, termenung menatap layar laptop yang menyala sejak 30 menit yang lalu. Udara dingin dan rintik hujan tak menghalangi gadis ini untuk berjelajah dalam pikiran semu nya.

Dalam kepalanya selalu saja diisi nama Radit, Radit dan Radit. Namun dalam kehidupan hari-hari nya, Radit hanya sebuah nama yang sulit ia jumpai orangnya. 

Pikirannya semakin kacau, semenjak hari itu. Hari dimana kakaknya menceritakan tentang Radit dan mantan kekasihnya.

Aah.. peduli apa aku sama Radit dan mantannya gumam Sekar, tapi pikirannya tak mampu berpaling dari satu nama. 

Berkali kali ia memainkan kursornya hingga berakhir ia menutup laptop tak satupun ide muncul di kepalanya. Langkah Sekar terus bertambah jalannya semakin maju hingga akhirnya berujung pada pintu kamar apartemen nya, sekilas lagi ia mengingat mimpinya yang sudah berlalu beberapa hari.

"Halo Sekar," 

Sapaan yang terdengar canggung dan memang tidak terbiasa didengar oleh telinga Sekar. 

Radit dengan sebuah paper bag di tangannya berjalan menuju Sekar.

"Aku sudah memanggil mu sejak di parkiran. Tapi sepertinya kamu sedang melamun bahkan sampai depan apartemen."

"Gue mimpi lagi?" 

Gadis itu lalu memukul-mukul wajahnya dengan kedua tangan.

"Kamu kenapa? tanya Radit.

"Kamu bawa bunga dalam pot?" gadis itu melotot saking penasarannya.

Radit hanya menggeleng merasa tidak mengerti dengan apa yang sedang Sekar bicarakan.

"Stop. Kamu disini aja."

Dengan terburu-buru Sekar menutup pintu, bahkan suaranya mengagetkan penghuni lain.

"Mas, kalau mau berantem jangan disini." ucap seorang lelaki yang baru saja keluar dengan membawa katung kresek.

___

Malam yang dingin telah menyapa, hari yang biasanya terasa hangat dan berdebu berubah jadi rintik hujan yang syahdu. Dua cangkir kopi hitam pekat telah tersaji, sudah dipastikan Sekar akan bergadang lagi malam ini jika ia menyeruputnya. Sejak pagi sudah berapa cangkir yang masuk dalam lambungnya, memaksa dia harus sering-sering berurusan dengan petugas klinik yang menegur kebiasaan nya itu.

Kali ini dia tidak dapat menolak, setelah menyerahkan Radit untuk memesan apa yang akan mereka minum dan santap toh semua menu di cafe ini sudah pernah ia cicipi dan semua tak membuatnya kecewa.

Lebih dari 20 menit suasana canggung itu terjadi, satu dua pertanyaan yang sama bahkan dapat berulang di tanyakan.

Untuk dua orang yang bukan lagi remaja ini sungguh memalukan. 

"Kamu bahagia dengan Rani?" tanya Sekar. 

Sebuah senyuman terlihat tipis terlukis di ujung bibir Radit, nampaknya dia lega karena Sekar membuka pembicaraan lain meskipun itu bukan pertanyaan yang ia harapkan.

"Sudah sejak lama aku hilang kontak dengannya,"

"Aku tidak tahu harus memulai dari mana, tapi yang jelas aku hanya akan percaya jika itu keluar dari mulutmu sendiri,"

"Sebelum itu, aku mau meminta maaf. Meskipun sepertinya sudah terlambat. Untuk hubungan kita di masa lalu, aku tahu itu benar-benar menyusahkan mu dan menyakiti mu."

"Itu sudah terlalu lama dan aku juga sudah lupa."

Situasi kembali canggung, Sekar yang akan bertanya malah senyap seakan merangkai kata untuk kedua kali.

"Aku-" ucap Sekar terputus.

"Apa kamu ingin bertanya soal Rani dan aku yang pernah punya anak?"

Tebakan Radit tepat, kedua bola mata Sekar terbelalak kaget mendengar perkataan Radit yang seolah tanpa ragu itu.

"Ternyata benar kamu mau tanya itu. Aku nggak tahu untuk apa kamu menyangka itu. Tapi syukurlah karena setidaknya kamu tanyakan langsung dan tidak hanya menerka-nerka"

"Maaf Radit." ucap Sekar menyesal.

"Semua orang yang mengenalku mungkin akan percaya kalau itu memang anakku, karena kenyataannya saat itu dia ada hubungan denganku. Tapi aku tidak pernah menyentuh dia, bahkan soal gosip sekolahku duit dari dia, itu sangat menyakitkan buatku yang harus bekerja keras demi sebuah beasiswa."

"Aku tidak dapat tidur saat itu. Meskipun kita terpisah cukup lama, tapi kabar tentangmu selalu saja sampai di telingaku. Radit, apa kau tahu kenapa kita harus bertemu lagi?" 

"Sekar ... Sejak hari kamu mengabaikan ku, sejak itu juga aku bersumpah akan menebus salahku sama kamu."

"Aku lebih tua darimu," ledek Sekar.

"Apa? Kau hanya 7 hari lebih tua dariku.." balas Radit, "apa kau percaya jika selama ini aku masih memperhatikan mu dari jauh dan berharap kamu tidak jatuh cinta pada orang lain?" sambungnya.

"Apa ini alasan aku jomblo bertahun-tahun. Ada doa seseorang yang Tuhan kabulkan?" Sekar mendengus kesal.

"Apa kita bisa coba dari awal lagi?" pinta Radit.

Cinta 307 yang sempat padam kembali di hidupkan, cinta yang berawal dari ulang tahun yang berdekatan yaitu Sekar 30 Juli dan Radit 7 Agustus mereka yang selalu bertengkar saat sepulang sekolah hingga sama-sama jatuh cinta kembali bertemu di saat usia mereka 30 tahun untuk mengukir lagi kisah baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun