#Pesta Pena 2025 (Cerpen ) Di Ujung Waktu Senja.

Aku perempuan pendiam, sesakit apapun luka di hati mampu ku redam.

Tidak semua rasaku ingin ku suarakan, menjaga lidahku dari kata umpatan.

Tidakkah itu kau pahami? Sedangkan kita bersama telah ribuan hari, meniti jalan penuh onak dan duri. Mengunyah pahit getir kehidupan adalah menu sehari-hari. Ikhlas ku jalani sepenuh iman terpatri.

Dan---kala langkah mu mulai menyimpang arah, tak sama lagi derap kaki kita melangkah. Kian jauh kau tersesat lupa arah jalan pulang.

Kelu--aku membisu menahan pilu, lelah--ku menanti insyaf mu

Jadi--jangan salahkan aku, bila akhirnya aku mengambil langkah seribu. Itulah cara terakhir menyuarakan kata hati ku.

Aku menyebrang ke pulau Jawa, membawa sekoper luka lara, menggendong dua bocil naik kapal laut.

Lanjut naik kereta api dari Jakarta ke Surabaya, dua hari di jalan, jangan tanya bagaimana rasanya, tapi itulah, ketika niat sudah bulat, tak ada yang bisa mencegahku , yang ada dalam pikiran ku hanya pulang.

Hari berganti minggu, bulan dan tahun. Ku jalani hidup fokus pada anak-anakku, pertumbuhannya, pendidikan nya dan mengajarkan ilmu agama, sebagai bekal masa depannya.

Banyak tantangan yang ku hadapi, bersyukur aku pernah makan bangku kuliah, dan memiliki ijazah, gelar sarjana hukum ku sandang, hanya pernah ku gunakan tidak lebih dari satu tahun sebagai magang di firma hukum, sebelum aku menikah dengan orang brengsek dari Lampung itu.