Perkembangan zaman yang semakin maju, membuat pendidikan juga semakin berkembang. Pendidikan pesantren dan pendidikan umum adalah dua metode atau model pendidikan yang berkembang di Indonesia. Kedua pendidikan ini menjadikan pilihan bagi orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anaknya dengan tujuan tertentu. Dua metode ini memiliki kurikulum dan metode yang berbeda yang tak luput dari kekurangan dan kelebihannya.
Pendidikan pesantren, pendidikan tradisional yang sudah berkembang sejak jaman penjajahan dulu. Hingga kini, pendidikan pesantren masih bisa mengikuti zaman yang mulai berkembang pesat, tapi tidak menghilangkan budaya tradisional khas pesantrennya. Contoh metode pendidikan tradisional khas pesantren yaitu, menekankan pengajaran yang berfokus di bidang agama seperti kitab kuning, fikih, hadist, Alquran, tafsir, nahwu, shorof, dan lain-lain, memberikan cara pembelajaran Sorogan dan Bandongan. Sorogan yakni santri yang membaca kitab kuning lalu kyai yang menyimaknya. Bandongan yakni kyai yang membaca kitab kuning lalu santri yang menyimak.
Dua contoh di atas adalah metode pendidikan tradisional khas pesantren yang tetap dijaga dan dilestarikan. Meski begitu, mau tak mau pesantren perlu mengikuti perkembangan zaman agar bisa bersaing dengan sekolah atau pendidikan yang menggunakan kurikulum selain pesantren atau umum. Sekarang banyak pesantren yang sudah mulai menggunakan dan menambah kurikulumnya dengan kurikulum nasional dan ijazahnya pun bisa di gunakan untuk kerja atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Tapi masih ada beberapa pesantren yang tetap kekeh dengan kurikulum kepesantrenannya dan ijazahnya pun termasuk dalam tingkat sederajat, contohnya saja pesantren salaf yang hanya berfokus pada pembelajaran kitab-kitab kuning saja, serta santri-santrinya pun tidak memandang umur, tapi memandang seberapa ahli mereka dalam memahami kitab kuning.
Beda hal dengan sekolah umum, dalam pendidikannya memperhatikan dalam bidang umum menerapkan pendekatan yang lebih sekuler. Pembelajarannya pun seperti sistem Bandongan di pesantren, yakni guru yang menjelaskan dan siswa yang menyimak. Mungkin beberapa sekolah umum juga sudah menerapkan seperti Sorogan di pesantren, yakni siswa yang aktif dalam pembelajaran atau yang menjelaskan, dan guru yang menyimak dan menilai. Pelajaran yang ada di dalamnya pun lebih menekankan ilmu umum, seperti sains, matematika, bahasa luar, dan lain-lain.
Meski begitu, dua metode tersebut memiliki tujuan berbeda, yang satu ingin mencetak generasi yang pandai dan ahli dalam ilmu agama dan siap menjadi pemimpin umat. Sementara itu. yang satu lagi ingin mencetak generasi yang pandai dalam pengembangan akademik dan keterampilan siswa untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja atau pendidikan tinggi. Jikalau memang metode pendidikannya berbeda tujuan, tapi apakah pendidikan karakter antara dua pendidikan tersebut memiliki tujuan yang berbeda juga?
Melihat zaman yang semakin berkembang, pendidikan karakter sangat begitu penting. Pendidikan karakter dalam lingkungan sekolah sangat penting karena berguna untuk membiasakan diri seorang anak menjadi individu yang baik dalam bermasyarakat. Melihat sistem pendidikan pesaantren dengan metode Sorogan, yakni mendidik seorang santri untuk bisa mandiri dalam belajar, mencari makna kitab kuning mandiri, serta memahami materi yang akan di bacakan oleh santri tersebut. Selain itu juga ada Bandongan, yang membangun semangat dalam mengaji dan juga menghindari rasa malas yang ada dalam diri santri tersebut seperti menahan kantuknya, hawa nafsu untuk bermain, atau membangun kepribadian santri menjadi pribadi pendengar yang baik.
Selain itu juga, dalam sistem pendidikan pesantren juga menerapkan sistem asrama yang mana bertujuan untuk membagun kepribadian santri yang jauh dari orang tua menjadi mandiri dan disiplin tanpa bergantung pada orang tua atau pun orang lain, seperti memasak, mencuci baju, membersihkan asrama, membagi waktu belajar dengan bermain, dan lain-lain. Pesantren juga diajarkan kebersamaan seperti, makan bareng satu nampan, belajar bareng, mencuci baju bareng, berbagi alat mandi, dan sebagainya.
Pesantren juga melatih keberanian santri dalam bermasyarakat yang dimulai dari lingkungan pesantren yang isinya beragam perbedaan dari segi bahasa, ras, daerah, budaya, dan lain-lain. Maka dari itu, selain pelajaran agama, pesantren juga menitikberatkan pembelajaran akhlak bagi setiap santri dalam bersosial. Dengan begitu, para santri diajarkan untuk beradaptasi dengan lingkungan, saling menghormati dan menghargai antar sesama, dan juga toleransi dalam perbedaan. Baik kepada teman, adik kelas, maupun guru dan orang tua.
Selain dalam pendidikan pesantren, pendidikan karakter juga sangat penting dalam pendidikan umum yang diajarkan di sekolah-sekolah umum, mengingat kebebasan sekolah umum lebih terbuka dari pada kebebasan dalam sistem pesantren. Melihat kondisi lingkungan dalam pendidikan umum yang lebih luas, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat luar atau pergaulan yang begitu luas dan bebas, dan juga lingkungan keluarga yang lebih sering di temui, mengingat sistem kebanyakan sekolah umum yaitu non asrama atau kembali ke rumah masing-masing.
Sistem pendidikan dari kebanyakan sekolah, terlebih sekolah menengah ke atas lebih menitik beratkan kemandirian dalam pembelajaran, seperti kerja kelompok, membuat presentasi, mengerjakan tugas dengan mandiri, dan lain-lain, sama hal seperti Sorogan yang di terapkan dalam pesantren. Tapi sifat kemandirian disini masih dalam batas pembelajaran tidak seperti pesantren yang mandiri dalam segala bidang. Tapi masih juga banyak guru yang lebih senang menjelaskan kepada murid-muridanya layaknya sistem bandongan di pesantren.