Mohon tunggu...
Ulfi Muhammad Fahri Akbar
Ulfi Muhammad Fahri Akbar Mohon Tunggu... Pelajar/Mahasiswa

Aku suka nulis di mana saja. Mencari wawasan dan pengetahuan dunia luar adalah sebuah kesenangan bagi diriku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kualitas Diri: Tiga Pilar Utama dalam Perspektif Islam

18 Juni 2025   15:00 Diperbarui: 18 Juni 2025   14:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hamba yang di rendahkan membuat turunnya kualitas diri seorang hamba. SC:Pinterest

Tanggal 13 Juni bertepatan dengan kegiatan sholat jumat berjamaah di masjid Pesantren Tebuireng yang diikuti oleh seluruh santri pondok pesantren Tebuireng dan masyarakat sekitar Tebuireng. KH. Agus Maulana selaku khotib di jumat siang yang begitu panas, membawakan khutbah dengan tema "Amal-amal manusia dalam meningkatkan kualitas diri". Beliau mengawali materi khutbahnya dengan bacaan surat At-Tin dari ayat 4-6. 

"Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian, kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan. Maka, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya." At Tin: Ayat 4-6.

Beliau menjelaskan dari surat At-Tin di atas bahwa orang-orang yang melakukan amal-amal perbuatan yang baik, amal-amal yang saleh, amal-amal yang semua mengarah kepada Allah SWT. adalah perbuatan orang-orang yang dijauhkan daripada kerendahan. Kerendahan yang dimaksud ialah neraka bagi orang yang tidak menaati Allah SWT. Baik perintah-Nya maupun larangan-Nya  Beliau juga menyampaikan "Rendahnya seorang makhluk yang bernama manusia seperti hinanya air sperma."             

Kemudian Beliau menyampaikan kiat-kiat meningkatkan kualitas diri kita sebagai sosok seorang makhluk. Ada tiga hal yang Beliau sampaikan dalam khutbah Jumatnya.

Pertama, memperbanyak Ibadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah tidak hanya sekedar melulu salat, baik salat wajib maupun salat nawafil (salat sunah), berzikir, menjalankan amalan-amalan yang merupakan amalan tatawuk yang sangat-sangat dianjurkan oleh agama. Tetapi juga perbuatan yang mempunyai nilai kebaikan. Apa saja yang kita lakukan jika perbuatan dan pekerjaan itu dilakukan dengan niat yang ikhlas semata-mata tertuju kepada Allah. Maka itu adalah perbuatan yang mengandung nilai kebaikan

Beliau juga menyampaikan bahwa, ibadah kepada Allah jangan di kaitkan dengan perkara-perkara yang bersifat duniawi. Seperti maqalah ulama yang beliau sampaikan "Jangan sekali-kali kalian semua itu beribadah kepada Allah semata-mata ada sesuatu yang dicari. Akan tetapi sembahlah Allah Subhanahu wa taala untuk mencari ridanya."

Maka jika Allah sudah rida kepada orang yang menyembah-Nya semata-mata mencari rida Allah, dan ketika rida Allah itu sudah diberikan kepada si hamba, maka Allah akan mengejutkan, Allah akan memberi sebuah kejutan dari pemberian Allah yang tak terhingga. Misalnya ingin menjadi seorang bupati jadi gubernur. Maunya jadi seorang kiai diangkat derajat menjadi kiai yang sangat tinggi derajatnya. Allah akan memberi pemberian di luar batas kemampuan hamba-Nya.

Kedua, agar manusia itu tidak sampai dirinya itu hina, direndahkan serendah-rendahnya oleh Allah Subhanahu wa taala, maka kita harus memanfaatkan fungsi sebagai khalifah di bumi. Allah bersabda di dalam Al-Qur'an dalam surat Al Baqarah.

"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi."" Al Baqarah: Ayat 30

Kemudian beliau menjelaskan, ini adalah pernyataan Allah Subhanahu wa taala di mana Allah menciptakan manusia sebagai khalifah atau wakil Allah di permukaan bumi agar bisa merawat kelangsungan bumi tidak rusak. Tapi yang terjadi banyak kejadian-kejadian alam yang sungguh dirusak oleh tangan-tangan manusia. Inilah merupakan kesombongan dan kecongkaan seorang manusia atau makhluk Allah yang bernama manusia. Maka apakah peran sebagai khalifah di dunia hanya sekedar kita menempati? Tidak. Tapi Allah juga sampaikan seperti yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Daud alaih salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun