> Logika sebagai ilmu maupun  cara berpikir tidak memihak. Ia hanya memeriksa konsistensi dan ketepatan berpikir.Manusialah yang bisa mengarahkan kemana pikirannya mengarah
Dalam makna ini, logika ibarat bus yang masih terparkir di stasiun: ia diam tapi memiliki potensi untuk bergerak ke arah mana pun, tergantung siapa yang mengendarainya dan ke mana tujuannya.Sedang logika yang sudah bermain dlm kepala manusia ibarat bus yang sudah bergerak menuju tujuan tertentu
---
Logika Sebagai Instrumen: Netral, Tapi Bisa Dipakai untuk Tujuan Apa pun
Logika dalam dirinya sendiri tidak otomatis akan menghasilkan keyakinan- baik keyakinan terhadap Tuhan (teisme), penolakan terhadap Tuhan (ateisme), ataupun pilihan-pilihan ideologis lainnya. Yang menentukan ke arah mana pikiran seseorang bergerak bukan ilmu logika itu sendiri, melainkan:
Latar belakang pribadi
Komitmen eksistensial-idealisme
Nilai-nilai budaya maupun pribadi
Asumsi metafisis awal
Pengalaman hidup-pendalaman spiritual
Dlsb. hal yang sifatnya personal
Dengan demikian, penggunaan ilmu logika dalam diskursus agama tidak serta-merta  akan mengarah pada penolakan atau penerimaan terhadap agama. Logika hanya menjadi alat untuk menyusun argumen: apakah seseorang menolak atau menerima agama tergantung pada pra-anggapan yang ia bawa ke dalam medan dialektika itu.
Jadi jangan berpandangan bahwa bila memakai alur logika maka struktur bangunan agama akan runtuh-keyakinan akan lenyap-Karena itu bergantung pada karakter dan alur logika yang dipakai seorang individu.Kalau seseorang memakai logika dialektika material dlm menganalisa agama maka dlm pandangannya seolah "agama berantakan"-Tapi yang berantakan adalah pandangannya-bukan hakelat agamanya
Jadi pandangan terhadap agama seorang individu itu tidak identik dengan hakikat atau substansi agama.Pandangan seseorang bisa bersesuaian maupun berlawanan dengan substansi agama
---
Logika yang Telah Terwarnai: Bus yang Telah Melaju ke Berbagai Tujuan
Ketika logika sudah digunakan dalam konteks tertentu oleh individu atau komunitas tertentu, ia tidak lagi bersifat "murni". Ia sudah menyerap atau dipengaruhi :
Paradigma
Orientasi nilai
Metafisika-pandangan metafisis terselubung
Konsekuensi ideologis