Maka muncullah istilah-istilah seperti:
Logika teis -- logika yang berpijak pada keyakinan adanya realitas non-material (transenden)
Logika ateis -- logika yang menolak realitas transenden dan berpijak pada naturalisme atau materialisme
Logika hukum -- logika yang tunduk pada sistem hukum positif
Logika politik -- logika yang berorientasi pada kekuasaan, strategi, atau legitimasi
Logika ekonomi -- logika yang berpijak pada efisiensi dan pertumbuhan kapital
Logika sains -- logika berbasis metode empiris dan falsifikasi
Logika agama -- logika yang berpijak pada wahyu dan nilai-nilai teologis
Istilah-istilah ini tidak menunjukkan jenis ilmu logika yang berbeda, melainkan konteks penggunaan logika yang telah terwarnai oleh paradigma tertentu.
---
Penutup: Logika Itu Netral, Manusia Tidak
Akhirnya, kita bisa menyimpulkan bahwa:
Ilmu logika adalah instrumen netral: ia hanya menyediakan struktur, bukan isi.
Isi pemikiran manusia bukan langsung berasal dari konstruksi ilmu logika melainkan berasal dari pengalaman, ideologi, nilai, atau wahyu.
Logika menjadi bermacam-macam dalam bentuknya ketika sudah dipakai dalam ruang publik-karena manusia tidak pernah berpikir dalam ruang hampa.
Logika, dengan demikian, adalah alat berpikir yang bisa dipakai oleh siapa pun-teis, ateis, saintis, agamawan-tapi hasil akhirnya tidak ditentukan oleh logika itu sendiri, melainkan oleh arah pandang dan asumsi awal pengguna logika tersebut-hingga kepentingan
..........
Artikel ke 4
BISAKAH AGAMA DIJELASKAN FULL SECARA LOGIKA SEKULER ?