Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Agama,persinggungan logika dan wahyu

26 Juni 2025   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2025   16:55 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara hak itu kebebasan-tetapi secara substansi penjelasan tentang agama yang tidak mengacu pada kitab suci mesti diselidiki isinya-Karena bisa malah bertolak belakang dengan penjelasan sumbernya-Jadi yang mereka opinikan bukan identitas agama tapi "agama versi mereka"

Teis dan ateis memang sudah biasa berbeda pandangan-penafsiran soal agama,Luar agama misal sering mengopini kan agama sebagai "hasil evolusi budaya"-"hasil konstruksi sosial"-"produk ekonomi dan politik"-"produk wacana kekuasaan" ...

Itu adalah narasi narasi yg berasal dari Emile durkheim,Karl marx,Peter L berger,Michael foucault,Clifford geertz

Intinya,Penilaian dari luar tentu mesti dibedakan dengan penjelasan tentang agama dari sumbernya yaitu kitab suci.

....

Logika, Sebab-Akibat, dan Agama: Sebuah Refleksi Rasional

Logika ibarat mesin kereta api-Ia hanya bisa berjalan bila ada rel yg menuntunnya. Tanpa rel, logika- sekuat apapun mekanismenya-tak bisa bergerak. Dan rel dari logika itu tak lain adalah prinsip sebab-akibat.

Dalam ilmu logika, prinsip sebab-akibat ini diformulasikan dalam berbagai istilah: prinsip cukup alasan, koherensi internal, deduksi, induksi, hingga kategori-kategori dlm logika dialektis. Tapi pada dasarnya, semuanya bersandar pada hubungan kausal-Suatu sistem yg mengandaikan bahwa sesuatu bisa ditelusuri asal-usulnya, alasan keberadaannya, dan konsekuensi logisnya- Semua direduksi kedalam ruang lingkup hukum kausalitas

Bahkan dlm kerangka dialektika Hegel yang mengusung tesis-antitesis-sintesis, mekanisme berpikirnya tetap berporos pada sebab-akibat. Karena adanya tesis (sebab), muncullah antitesis (akibat), yang kemudian membentuk sintesis (hasil). Dengan kata lain, dialektika pun tak bisa keluar dari orbit hukum kausalitas.

Oleh karena itu, ketika prinsip sebab-akibat tidak bisa dilacak-misalnya dlm kejadian yg tidak berurutan secara logis atau fenomena yang tampak acak-maka manusia akan mengalami apa yang disebut sebagai "kemacetan logika". Itulah titik ketika kita menyebut sesuatu sebagai tidak logis, sulit dicerna akal, atau irasional. Itu adalah penanda bahwa struktur sebab-akibat tidak bekerja secara utuh atau telah runtuh dari perspektif akal.

Lalu muncul pertanyaan penting: Apakah agama bisa direkonstruksi full secara logika?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun