Secara hak itu kebebasan-tetapi secara substansi penjelasan tentang agama yang tidak mengacu pada kitab suci mesti diselidiki isinya-Karena bisa malah bertolak belakang dengan penjelasan sumbernya-Jadi yang mereka opinikan bukan identitas agama tapi "agama versi mereka"
Teis dan ateis memang sudah biasa berbeda pandangan-penafsiran soal agama,Luar agama misal sering mengopini kan agama sebagai "hasil evolusi budaya"-"hasil konstruksi sosial"-"produk ekonomi dan politik"-"produk wacana kekuasaan" ...
Itu adalah narasi narasi yg berasal dari Emile durkheim,Karl marx,Peter L berger,Michael foucault,Clifford geertz
Intinya,Penilaian dari luar tentu mesti dibedakan dengan penjelasan tentang agama dari sumbernya yaitu kitab suci.
....
Logika, Sebab-Akibat, dan Agama: Sebuah Refleksi Rasional
Logika ibarat mesin kereta api-Ia hanya bisa berjalan bila ada rel yg menuntunnya. Tanpa rel, logika- sekuat apapun mekanismenya-tak bisa bergerak. Dan rel dari logika itu tak lain adalah prinsip sebab-akibat.
Dalam ilmu logika, prinsip sebab-akibat ini diformulasikan dalam berbagai istilah: prinsip cukup alasan, koherensi internal, deduksi, induksi, hingga kategori-kategori dlm logika dialektis. Tapi pada dasarnya, semuanya bersandar pada hubungan kausal-Suatu sistem yg mengandaikan bahwa sesuatu bisa ditelusuri asal-usulnya, alasan keberadaannya, dan konsekuensi logisnya- Semua direduksi kedalam ruang lingkup hukum kausalitas
Bahkan dlm kerangka dialektika Hegel yang mengusung tesis-antitesis-sintesis, mekanisme berpikirnya tetap berporos pada sebab-akibat. Karena adanya tesis (sebab), muncullah antitesis (akibat), yang kemudian membentuk sintesis (hasil). Dengan kata lain, dialektika pun tak bisa keluar dari orbit hukum kausalitas.
Oleh karena itu, ketika prinsip sebab-akibat tidak bisa dilacak-misalnya dlm kejadian yg tidak berurutan secara logis atau fenomena yang tampak acak-maka manusia akan mengalami apa yang disebut sebagai "kemacetan logika". Itulah titik ketika kita menyebut sesuatu sebagai tidak logis, sulit dicerna akal, atau irasional. Itu adalah penanda bahwa struktur sebab-akibat tidak bekerja secara utuh atau telah runtuh dari perspektif akal.
Lalu muncul pertanyaan penting: Apakah agama bisa direkonstruksi full secara logika?